DIDADAMEDIA, Bandung - Menjelang Ramadan, masyarakat sunda kerap mengenal istilah nadran atau yang lebih dikenal dengan istilah berizarah ke makam para orang tua.
Nadran tak jarang dihubungkan dengan sejumlah mitos, seperti ruh yang makamnya diziarahi akan ikut pulang, berkumpul bersama dengan keluarga saat Ramadan. Mereka baru kembali saat malam Syawal, saat umat islam merayakan Idul Fitri.
Nadran menjadi keberakahan tersendiri bagi pejaga makam atau yang kerap membersihkan makam. Mereka mendapat rizki dari setiap kuburan yang di kunjungi keluarganya.
"Alhamdulillah, kalau musim nadran gini," kata Herman, salah seorang penjaga makam di Tempat Pemakaman Umum Baros, Cimahi, pada Rabu (1/5/2019).
Pria berumur 57 tahun itu, sudah cukup lama menggeluti sebagai pembersih makam. Tiap hari dirinya mengais rezeki untuk empat orang anak dan istrinya yang tak begitu jauh bertempat tinggal didekat makam.
BACA JUGA :
Hanya berbekal karung, sapu lidi dan arit, Herman berangkat dari rumah sejak matahari masih di ufuk timur. "Dari pagi disini, nanti setelah ashar baru pulang," katanya.
Pada umumnya, ia mendapat uang dari membersihkan makam tak lebih dari 25 ribu satu hari biasanya. Berbeda dengan musim nadran seperti saat ini, ia dapat membawa lebih dari 75 ribu. "Paling ramainya nanti, akhir minggu. Soalnya besoknya mau puasakan," ucapnya.
Herman mengatakan, di musim nadran memang cukup banyak masyarakat yang mengungjungi makam. Itu membuat ia bersama teman-teman sesama pembersih makam, turut mendapat hasilnya.
"Kan disini di bagi-bagi nah hasilnya di bagi rata semua. Jadi kita rezeki di bagi rata," ungkapnya.
Pekerjaan menjadi penjaga makam, dia katakan sudah di jalani lebih dari 20 tahun. Pria yang hanya lulusan sekolah dasar ini, tak pernah mengeluhkan apa yang kerjakannya.
Meskipun hasil yang dapat kadang tak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, dirinya tak pernah mengeluhkan apa pun hasilnya.