DIDADAMEDIA, Bandung - Berawal dari keinginan untuk menjadi wiraswasta, Muhammad Zaky (25) seorang santri yang kini sukses dengan usaha denimnya ini kini memiliki brand sendiri. Meski tak mudah, dengan keyakinan dan ilmu dia pun berhasil menemukan jiwa entrepreneur-nya di bidang fesyen.
"Saya sempat juga usaha dibidang kuliner yaitu buka kafe, tapi bukan rezekinya dan perjalanan tidak mulus. Terus saya juga mengawali usaha dengan menjual brand orang lain dan dijual langsung saat masih duduk di bangku sekolah," kata alumnus Pesantren Gontor ini, kepada DIDADAMEDIA, dalam acara Bandung Santripreneur Fest 2019 kemarin malam.
Begitu juga untuk usaha fesyen. Dia tak serta merta langsung memiliki brand sendiri. Bahkan dia mengaku sempat ditipu dan juga diberi janji pembayaran yang selalu molor waktu. Namun, semua dia jalani karena baginya itu menjadi sebuah ilmu dan juga jalan menuju penguatan mental.
BACA JUGA :
Akhirnya, Muhammad Zaky kini memiliki 4 karyawan itu dan bisa sekali memproduksi hingga 500 eks. Meski usaha denimnya baru sejak 2015 tahun digeluti, dia sudah dipercaya oleh beberapa brand besar untuk bekerja sama.
"Untuk pemasaran yang saya lakukan masih online dan saya belum berani untuk memasarkannya kepada para pengecer. Karena risikonya lumayan juga harus menyetok barang dalam waktu yang tidak pasti. Akhirnya saya bekerja sama dengan para kontributor, reseller, dan agen dalam memasarkan produk denim saya," jelasnya.
Selain itu dia juga brrgabung dengan Forbis Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Bandung. Kegiatan tersebut menjadi satu jalan baginya meluaskan link dan memperbanyak ilmu bisnis.
Setelah ikut dalam komunitas pebisnis, Zaky merasa jaringan bisnisnya makin luas dan ilmu untuk inovasi produk juga semakin mudah didapat.
Dia mencontohkan, teknik proses produksi denim yang ia pakai yaitu teknik cabut warna. Biasanya orang menambahkan warna pada denimnya, justru Zaky sebaliknya. Teknik itu dapatkan saat mengikuti workshop-worshop dengan berbagai pebisnis.
Tidak heran jika akhirnya, produk yang dia pasarkan berbeda dengan denim kebanyakan. Untuk tema motifnya saja ia mengambil ide Jawa Barat dan Bandung sebagai dasar desainnya.
"Saya ingin memiliki ciri khas untuk produk sendiri. Karena saya asli Bandung, kenapa tidak mengangkat kearifan lokal sebagai identitas produk. Yang sudah banyak saya pakai motifnya yaitu mengangkat Gedung Sate dan jembatan Pasupati. Karena bagaimana juga saya ingin produk saya memiliki ciri khas," pungkasnya.