DIDADAMEDIA, Bandung - Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah dari Badan Geologi Kementerian ESDM, Agus Budianto memastikan lokasi fenomena pergerakan tanah di Kabupaten Majalengka dan Sukabumi tetap aman dihuni masyarakat, asalkan memperhatikan dan merawat kondisi geologisnya.
Beberapa kondisi yang perlu mendapat perhatian lebih oleh masyarakat dan pemerintah yaitu jangan membiarkan jalur-jalur air tiba-tiba hilang atau terjadi penjenuhan di satu titik.
Kemudian jangan mengarahkan aliran air ke daerah permukiman dan memastikan air tersebut terserap maksimal di kawasan hulu sehingga tidak mengalir bebas di dalam tanah dan mengendap di bawah permukiman.
"Tentunya kita tidak perlu suatu ilmu yang dalam, tapi perlu pengendalian air karena faktor dari pergerakan ini adalah kondisi air yang berjalan di kondisi bebatuan ini harus dipahami," ujar Agus saat dihubungi melalui telepon, Minggu (28/4/2019).
BACA JUGA :
Lebih lanjut Agus memaparkan jika lokasi tersebut berada dalam kemiringan tertentu seperti lereng, walau tidak terlalu curam, aliran air sebaiknya tetap dikendalikan dengan menanam vegetasi agar penyerapan air semakin maksimal, atau minimal membuat jalur air sendiri.
"Jadi intinya kendalikan air jangan sampai mengarahkan ke permukiman," imbuhnya.
Menurut Agus, baik masyarakat dan pemerintah setempat pun harus sama-sama memahami bagaimana membaca peta rawan bencana gerakan tanah yang diterbitkan Badan Geologi.
Dia mengatakan, ketika peta rawan bencana diterbitkan namun daerah tersebut terlanjur sudah dilakukan pembangunan, maka hal yang harus dilakukan adalah harus mampu beradaptasi dengan kondisi geologis di sana.
Sementara itu jika memang belum melakukan pembangunan maka pemerintah bisa membatasi jumlah pembangunan agar mengurangi beban tanah.
Agus menegaskan, fenomena pergerakan tanah di Majalengka dan Sukabumi sangat berbeda dengan likuifaksi di Palu. Istilah likuifaksi hanya muncul ketika kejadiannya diawali oleh gempa bumi terlebih dahulu.
"Sangat berbeda dengan likuifaksi, kata kunci pertama ketika berbicara likuifaksi kita akan berbicara namanya gempa, jika tidak ada gempa bumi maka istilah likuifaksi tidak berlaku," pungkasnya.