DIDADAMEDIA, Bandung - Kebutuhan telur ayam negeri menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri 2019 di Jawa Barat diperkirakan mencapai 53.626 ton, sedangkan dari berbagai pabrik penyedia telur ayam hanya mampu menyiapkan 20.112 ton.
Ketimpangan tersebut menyebabkan defisit atau kebutuhan tambahan sebesar 33.514 ton telur ayam negeri. Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat berencana mendatangkan komoditi telur ayam dari luar provinsi.
"Ada defisit sebanyak 33.514 ton. Maka kekurangan tersebut akan dipenuhi dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar, Koesmayadi Tatang Padmadinata di Gedung Sate, Kamis (25/4/2019).
BACA JUGA :
Koesmayadi mengatakan, berbagai faktor tingginya konsumsi telur ayam di Jabar karena menjamurnya pabrik ataupun industri kue dan biskuit. Pasalnya mereka menggunakan telur ayam sebagai bahan dasar pembuatan kue.
Kendati demikian terkait harga, dia memprediksi satu pekan sebelum Hari H Lebaran harga akan normal lagi karena kembali ke konsumsi rumah tangga, bukan industri. "Biasanya satu minggu sebelum lebaran harganya turun lagi karena kembali ke konsumsi masak bukan kue dari industri," imbuhnya.
Pihaknya juga sejak awal tahun terus memantau dinamika harga telur ayam negeri. Hingga April 2019, harga tertinggi telur ayam adalah Rp24.560/kg yakni pada Januari, sedangkan harga terendah Rp22.289/kg pada Maret.
Sedangkan per hari ini harganya mencapai Rp23.869/kg. "Nah jadi harga mulai merangkak, sudah ada penyedotan telur ayam ke industri kue," pungkasnya.