DIDADAMEDIA, Bandung - Penyandang disabilitas Kota Bandung menilai Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum serius memfasilitasi mereka dalam mengikuti Pemilu Serentak 2019. Para disabilitas khususnya tunanetra masih merasa kesulitan ketika akan mencoblos surat suara.
Salah satunya diungkapkan aktivis disabilitas Kota Bandung, Suhendar. Menurutnya banyak surat suara braille tidak begitu jelas dibaca teman-teman tunanetra. Dia mengakui banyak PR yang harus diperbaiki oleh penyelenggara Pemilu.
"Contoh surat suara braille tidak begitu jelas dibaca oleh teman-teman, artinya tidak tampak hurufnya sehingga pada saat pemilihan teman-teman sangat sulit untuk dibaca dan huruf kurang timbul. Akhirnya nggak bisa coblos dengan jelas karena hurufnya nggak keluar," ujar Suhendar saat dihubungi, Minggu (21/4/2019).
BACA JUGA :
Suhendar pun meminta pemerintah lebih memperhatikan quality control saat membuat surat suara khusus disabilitas. Hal ini agar teman-teman disabilitas mudah membaca surat suara tersebut.
Tak hanya alat keperluan pencoblosan, Suhendar juga menilai kurangnya sosialisasi soal Pemilihan Legislatif (Pileg) sehingga mereka hanya kenal kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres).
Dia mengungkapkan, seharusnya KPU mensosialisasikan para peserta Pileg, bukan hanya Pilpres. Sebab selama ini sosialisasi Pileg dianggap tidak maksimal.
"Caleg nggak ada sosialisasi dan kurang, kurang begitu masif, caleg banyak yang tidak kenal, pada akhirnya di wilayah presiden dan wakil presiden aja, calegnya temen-temen nggak pada tau," pungkasnya.
Untuk diketahui, dalam Pilpres dan Pileg 2019 ada sebanyak 97 Daftar Pemilih Tetap (DPT) disabilitas menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) komplek yayasan Panti Sosial Bina Netra 'Wyata Guna' Kota Bandung.
Jumlah itu terbagi pada dua TPS yaitu TPS 006 dan 007. Untuk TPS 006 ada 48 DPT, sedangkan di TPS 007 sebanyak 49 DPT.