DIDADAMEDIA, Bandung - Stadion Sport in de Openlucht is Gezond (S.I.D.O.L.I.G), menjadi salah satu stadion bersejarah di pusat Kota Bandung.
Masih berdiri kokoh di seputaran Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, stadion yang kini bernama Stadion Persib itu merupakan saksi bisu perjalanan sejarah tim kebanggaan kota ini, Persib Bandung, di awal kelahirannya.
Stadion Persib mulai berdiri tegak sejak era kolonialisme Belanda, tepatnya pada 1903. Pembangunan stadion tersebut diinisiasi oleh Mr Frans Sidolig. Awalnya, stadion tersebut difungsikan sebagai markas Voetbal Bond Bandoeng & Omstraken (VBBO), klub bentukan Belanda.
Sementara Persib, adalah pesaing utama VBBO dalam intrik-intrik perjuangan bangsa. Sekaligus pesaing dalam perebutan kekuasaan singgasana sepak bola Bandung. Walau begitu dengan arogansinya, VBBO hanya menganggap Persib sebagai kelas bawah atau tim kacangan.
Perbedaan kelas yang dibuat para meneer yang piawai mengolah si kulit bundar itu pun membuat Persib dianggap tak layak bermain di Stadion Sidolig, yang pada zamannya termasuk dalam stadion mewah, sehingga banyak pribumi yang lebih senang berbondong-bondong menyaksikan aksi bola di Stadion Sidolig.
BACA JUGA :
Sementara Persib, hanya bisa menggunakan Lapangan Cilentah, Tegallega, atau Ciroyom yang berada di daerah pinggiran Kota Bandung, untuk bertanding. Sering bermain di area pinggiran, menjadi keuntungan tersendiri bagi Persib. Mereka berhasil menggaet banyak klub anggota seperti Diana, HBOM, JOP, Malta, Matahari, Merapi, OVU, RAN, Siap, Singgalang, Soenda.
Tak hanya itu, Persib yang pada saat itu juga menjadi salah satu alat perjuangan bangsa untuk menumpas kolonialisme di Indonesia pun terus membuktikan diri sebagai klub berprestasi yang layak disegani.
Embrio Persib sebagai kesebelasan berprestasi dan disegani di kancah sepak bola Indonesia sudah terlihat pada Stedenwedstrijden (kemudian menjadi kompetisi Perserikatan –RED) 1936. Persib yang menjadi tuan rumah, menjadi runner-up usai dibungkam Persis Solo dihadapan pendukungnya sendiri.
Namun satu tahun kemudian, gantian Persib yang membungkam Persis Solo dalam laga final yang berlangsung di Stadion Sriwedari, Solo. Kala itu, Persib menang 2-1 dan berhak memboyong trofi juara ke Bandung. Tercatat itu merupakan gelar nasional pertama yang diraih Persib dalam perjalanannya di sepak bola Indonesia.
Kesuksesan tersebut, membuat nama Persib mulai disegani tak hanya di Bandung, tapi di Indonesia. Sebab Persis saat itu berstatus sebagai tim raksas yang ditakuti kekuatannya. Julukan Wonder Team pun melekat bagi Persis.
VBBO kemudian siaga satu, karena prestasi tersebut membuat Persib mulai menjadi primadona di kancah sepak bola Bandung. Hingga akhirnya VBBO bubar, Persib pun menjadi raja di kota sendiri. Berakhirnya supremasi VBBO membuat, klub-klub anggota VBBO seperti Uits Spaning Na In Spaning/Usaha Nanti Istirahat (UNI) hingga SIDOLIG pun menginduk kepada Persib.
Paling krusial dari serangkaian kejadian tersebut adalah, Persib akhirnya memiliki hak penggunaan Stadion Sidolig. Tak hanya itu, beberapa lapangan kelolaan VBBO sebelumnya seperti Lapangan UNI, serta Lapangan Sparta yang merupakan cikal bakal dari Stadion Siliwangi pun ‘dikuasai’ sepenuhnya oleh Persib.