DIDADAMEDIA, Bandung - Pilpres 2019 sudah berlalu, rakyat Indonesia telah menyuarakan hak pilihnya pada 17 April 2019. Momen panas selama delapan bulan masa kampanye seharusnya sudah bisa mendingin.
Namun melihat kondisi masyarakat pascapemilihan, khususnya terkait isu hasil Pilpres, nampaknya letupan-letupan api emosi masih terjadi di antara pendukung kedua kubu. Lantas apa yang harus dilakukan kedua kandidat capres untuk meredam konflik di masyarakat?
Psikolog dari Unpad, Ahmad Gimmy Prathama menilai, kondisi yang berkembang di masyarakat pada Pilpres tahun ini lebih 'tajam' sebab secara tegas masyarakat terbagi jadi dua kelompok, sehingga persaingan makin panas.
Hal ini tidak terlepas karena kedua kubu saling klaim kemenangan dan KPU belum siap dengan pengumuman hasil resminya.
BACA JUGA :
Para pemilih pun mengidentifikasi diri dengan pilihannya masing-masing, atau artinya setiap hal yang terjadi pada pilihannya (kedua Capres) dianggap adalah hal yang juga terjadi pada dirinya sendiri.
"Ketika muncul pernyataan ada kecurangan, rasanya diri sendiri yang dicurangi. Ada kesalahan itu rasanya diri sendiri yamg didzolimi, sehingga yang muncul adalah emosi yang tidak lagi rasional, tapi sangat emosional," ujar Gimmy saat dihubungi, Sabtu (20/4/2019).
Lebih lanjut Gimmy mengungkapkan, karena identifikasi sudah melekat dalam diri masyarakat, maka peran kedua kandidat Pilpres sangat penting untuk meredam potensi konflik. Menurutnya, jika pucuk pimpinan mampu memperlihatkan sikap 'sejuk' maka ke bawahnya pun ikut sejuk.
Dia mencontohkan, momen Jokowi dan Prabowo naik kuda bareng di Hambalang, Bogor pada 2016 silam patut diulang kembali. Sebab momen itu mampu menunjukkan suasana sejuk usai ketegangan Pilpres 2014.
"Soalnya waktu itu dicontohkan Prabowo dan Jokowi yang sama-sama naik kuda, saling berkunjung. Itu hal yang sangat manis, itu yang bisa sejukkan suasana," imbuhnya.
Selain itu, mengirim utusan dari masing-masing kubu untuk saling bertemu juga hal yang baik, namun lebih baik jika kedua Capres yang langsung bertemu dan mendinginkan susana.
"Tapi yang jauh lebih baik mereka bisa ketemu dan mendinginkan suasana terus menyatakan yang terbaik untuk Indonesia itu yang seperti apa. Kalau mereka sepakat maka masyarakat juga sepakat," tegasnya.