DIDADAMEDIA, Bandung - Membangun bisnis kuliner hingga bisa bertahan sampai 15 tahun, tentu bukan hal mudah. Terlebih persaingan usaha yang kian ketat seiring banyaknya para pelaku usaha kuliner beberapa tahun belakang ini.
Di kota Bandung, nyaris di setiap sudut jalan Anda bisa menemukan tempat kuliner yang menyajikan aneka makanan maupun minuman untuk memanjakan mulut.
Inovasi dan keuletan dalam berbisnis menjadi satu senjata andal bagi pria perantau asal Jawa Tengah yang akrab disapa Mas Tarwan ini dalam mengelola bisnis kuliner dengan brand 'Martarone Dapoernya Soto'.
BACA JUGA :
Sejak awal berdiri pada 2004, Mas Tarwan membuka lapak pertamanya di taman yang kini dinamai Taman Pers. Semuanya tentu dimulai dari nol dengan mengandalkan resep racikan sendiri, dia bangun dan mempertahankan kuliner miliknya itu, bahkan resepnya sudah ia patenkan.
"Tak mudah memang membangun usaha, apalagi kuliner. Tapi asalkan kita konsisten dan memberikan resep terbaik, Insya Allah bisa bertahan," paparnya berbagi pengalaman.
Saat awal membuka usaha, Mas Tarwan mengandalkan setengah kilogram daging. Seiring waktu, kini dalam sehari dapur sotonya bisa menghabiskan hingga 16 kilogram daging dan 6 kilogram Iga.
Begitu juga dengan omzet dalam sehari, Mas Tarwan mengaku, rata-rata bisa mengantongi hingga Rp6 juta per harinya.
"Semua ada proses dan dari awal saya mengalami proses dari bawah, sampai sempat berpindah-pindah dan join dengan beberapa orang. Tapi akhirnya alhamdulillah usaha saya ini lebih jalan ketika dikelola sendiri," ungkapnya.
Menurut Tarwan, ada hal lain selain menggunakan resep asli nusantara dalam meraih kesuksesan saat berbisnis hingga bisa bertahan hingga sekarang.
"Dari tahun 2008 usaha saya mulai stabil dan meningkat. Rahasia lain dan utama yaitu ada pada berbagi dan sedekah. Tidak bisa dipungkiri itulah kunci utama dalam meningkatkan rezeki kita," katanya.
Tidak heran jika akhirnya usahanya yang sudah enam bulan berlokasi di Jalan Windu ini semakin berkembang. Bahkan, keinginannya untuk memberikan resep asli yang maksimal tanpa mengurangi rasa atau takaran membuat masakannya banyak disukai.
Bahkan, dia mengatakan tak sedikit pelanggannya sejak 2004 masih setia menyantap soto racikannya. "Alhamdulillah semakin hari keinginan untuk meningkatkan kualitas selalu menambah pelanggan. Beberapa kali pindah lokasi, banyak juga yang tetap setia datang," ungkapnya bersyukur.