DIDADAMEDIA, Bandung -- Terjaganya ketahanan stok dan harga pangan, utamanya, beras, menjadi hal penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Karenanya,, sebagai lembaga BUMN, Perum Bulog terus berupaya keras melakukan penyerapan komoditas beras dan gabah demi menjaga ketersediaan pangan.
"Hingga kini, penyerapan terus bergulir. Tahun ini, targetnya, sekitar 200 ribu ton. Penyerapan baru berlangsung 2 pekan lalu. Hingga 9 April 2019, volume penyerapan sekitar 9 ribu ton," tandas Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jabar, Benhur Ngkaimi, di Jalan Soekarno Hatta Bandung, Selasa (9/4/2019).
Ben, sapaan akrabnya, mengemukakan, dalam hal ketersediaan, saat ini, Jabar dalam kondisi sangat aman. Dia menyatakan, Jabar memiliki ketahanan beras hingga selama 12 bulan.
Ben melanjutkan, penyerapan baru berlangsung selama 2 pekan karena panen pun terkendala cuaca. Mayoritas petani, jelasnya, mengandalkan cuaca panas untuk mengeringkan gabah. Sedangkan saat ini, sambungnya, musim hujan masih berlangsung. Kondisi itu, tuturnya, berpengaruh pada proses produksi.
Pada sisi lain, tambah Ben, tidak lagi bergulirnya program Beras Masyarakat Sejahtera (Rastra), pihaknya mengubah strategi penyerapan. Strateginya, beber Ben, pihaknya menyerap gabah dan kemudian memprosesnya menjadi beras.
Pasalnya, jelas Ben, tidak lagi bergulirnya Rastra membuat beras-beras tersimpan lama pada gudang-gudang dan tidak tersalurkan. Hal itu, tukasnya, berpengaruh pada kualitas beras. "Jadi, penyerapan gabah itu agar kualitas tetap terjaga," terangnya.
Ben melanjutkan, pihaknya pun berusaha memperrcepat proses menghidupkan sentra beras, melalui sistem pengolahan gabah. Dia berpendapat, karena terkendala cuaca, petani membutuhkan dryer (pengering).
Sejatinya, ungkap Ben, pihaknya memiliki 11 unit dryer yang tersebar di beberapa sentra, yaitu Cirebon sebanyak 2 unit, Indramayu sejumlah 1 unit. Kemudian, imbuh dia, di Subang dan Karawang, masing-masing sebanyak 3 serta 5 unit. "Tapi, kapasitas ke-11 dryer itu tidak mencukupi, hanya sekitar 200 ton per hari. Sedangkan di Jabar, setiap harinya, sahut Ben, ribuan ton gabah perlu pengeringan," pungkasnya.