Hai Milenial, Ini Cara Kenali Caleg Mantan Koruptor

hai-milenial-ini-cara-kenali-caleg-mantan-koruptor Ilustrasi. (Net)
DIDADAMEDIA, Bandung - Jumlah pemilih milenial di Pemilu 2019 mencapai 40% dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Artinya suara mereka cukup berpengaruh untuk menentukan arah pembangunan Indonesia lima tahun ke depan.

Milenial pun diharapkan tidak golput, namun datang ke TPS dan memilih saat hari pencoblosan 17 April nanti. Sebelum menentukan pilihan, tentu harus memperhatikan sejumlah kriteria dan rekam jejak para kandidat, namun bagaimana caranya jika ada ratusan calon legislatif (caleg) yang saat ini terdaftar dalam Pemilu Serentak 2019?

Web aplikasi pintarmemilih.id bisa menjadi alternatif cara generasi muda menilai para calon kandidat Pileg 2019. Web tersebut dibangun oleh Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) bersama Google.

Peneliti Perludem, Usep Hasan Sadikin menjelaskan, pintarmemilih.id memuat segudang informasi dari setiap caleg, mulai dari profil caleg, rekam jejak organisasi hingga status apakah mantan koruptor atau bukan.

"Pintarmemilih.id yang kami buat bersama Google itu dari data KPU yang kami digitalkan jadi mudah dilihat, bersifat komputasi. Jadi generasi muda bisa tau mana caleg yang pas secara keterwakilan muda dan bisa mendengarkan aspirasinya," ujar Usep dalam acara seminar Meningkatkan Kesiapan Pemilih Muda Menghadapi Pemilu 2019 di Era Digital di Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda, Bandung, Rabu (3/4/2019).

Dia juga memberikan tips lainnya untuk milenial menentukan pilihan pada Pileg 2019. Pertama, mereka bisa memilih berdasarkan daerah pemilihan (dapil) lalu memutuskan dukungan kepada caleg yang memang sesuai dengan harapan dan aspirasi.

Atau opsi kedua, yakni melihat dulu dari 16 partai peserta Pemilu, lalu jika sudah punya keyakinan mana partai yang sekiranya lolos parlemen baru memilih calegnya.

"Misalkan pilih partai yanv pasti masuk parlemen dan itu jadi lebih sedikit lagi pilihan calegny, dan cari mana yang usianya cocok, profil pendidikan, jejak organisasi, kontribusinya sesuai aspirasinya," imbuhnya.

Menurut Usep, seharusnya para kandidat yang lebih aktif mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat khususnya generasi muda yang cenderung cuek terhadap dunia politik. Namun tidak ada salahnya jika pemuda yang lebih aktif mencari tahu, sebagai bentuk upaya memperbaiki kultur demokrasi Indonesia.

"Sebenernya sih kalau dari alamiah yang butuh itu kan peserta dan partai politik, karena reward punishmentnya politisi itu cuma dua, bisa ikut pemilu dan dapat kursi kekuasan atau sebaliknya. Sehingga siapa yang paling berkepentingan sama suara warga negara adalah peserta pemilu," pungkasnya.

Editor: redaktur

Komentar