DIDADAMEDIA, Bandung - Hari Filateli Nasional adalah hari besar bagi komunitas penggemar prangko yaitu Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) yang diperingati setiap tanggal 29 Maret dan ditetapkan pertama kali pada 2006.
Filateli memiliki arti kegiatan mengumpulkan atau mengoleksi prangko dari zaman ke zaman. Namun apa kabar eksistensi prangko di zaman serba canggih ini?
Vice President Jaringan Layanan dan Konsinyasi Filateli PT POS Indonesia, Agung S Rahardjo mengakui tren penggunaan prangko dan filateli kian redup dimakan zaman.
Faktor terbesarnya karena saat ini lebih banyak masyarakat memilih menggunakan aplikasi pesan instan dibandingkan mengirim surat via kantor pos.
Agung mengatakan, puncak ketenaran filateli di Indonesia mulai terjadi sekitar tahun 1986 hingga 2000-an. Pasca era 2000-an sampai 2005 mulai terjadi penurunan tren filateli.
Sedangkan saat ini eksistensi prangko sebenarnya masih ada, namun lebih banyak digunakan sebatas koleksi dan surat menyurat antar perusahaan (corporate to corporate) atau perusahaan ke pegawai (corporate to person), bukan dari masyarakat ke masyarakat (person to person) lagi.
"Penggunaan prangko sekarang 98 persen untuk corporate to corporate atau corporate to person, sedangkan untuk person to person hanya dua persen," ujar Agung saat ditemui di kantornya, Jalan Jakarta, Bandung, Jumat (29/3/2019).
Agung bahkan, berani menyebut ada fenomena lost generation atau generasi yang sama sekali tidak mengenal prangko. Contohnya ada siswa-siswi dari salah satu Sekolah Dasar pada 2018 lalu yang tidak mengetahui prangko.
Dia sangat menyayangkan hal tersebut, padahal prangko punya nilai-nilai seni dan keunikan tersendiri dari setiap edisinya. Dia pun mengapresiasi sekolah-sekolah yang masih memberikan edukasi seputar prangko.
"Saya sendiri punya koleksi prangko, saat saya punya anak yang asik dengan gadgetnya, saat ditanya tertarik ngga prangko? Dia jawab ngga. Tapi kalau pertanyaannya apakah masih laku dijual mahal? Itu masih, karena ada asosiasi pedagang prangko, mereka saling tukar menukar dan rutin membeli saat terbitan edisi baru," paparnya.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan wawasan masyarakat khususnya generasi muda soal prangko, PT Pos Indonesia tahun ini bekerjasama dengan PFI akan mengedukasi dari sekolah ke sekolah. Sasarannya sendiri adalah tingkat SD hingga SMP.
Pihaknya sendiri siap mendukung sarana persediaan prangko yang sudah tidak terjual lagi untuk diperlihatkan kepada para siswa. "Hal ini supaya yang lost generation bisa well inform (terinformasikan baik), selain itu ada juga Museum Pos yang selain tujuan utamanya untuk rekreasi, tapi juga sekaligus edukasi sejarah agar tidak lost generation," ungkapnya.