DIDADAMEDIA, Bandung - 'Manusia Kertas' itulah julukan seniman senior alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, Prof Setiawan Sabana. Penguasaannya terhadap seni grafis dengan media kertas membuatnya begitu akrab dengan kertas.
Karyanya sebagai seniman grafis telah melanglang ke belahan dunia, beberapa di antaranya Amerika, Jepang, Jerman, dan Turki. Pameran tunggal bertajuk 'Diagnosa: Telisik Kiprah Seni Setiawan Sabana' menjadi saksi bisu penginventarisasian kiprah Prof Setiawan sejak menekuni seni grafis hingga peralihannya pada seni rupa kertas.
Bicara seni grafis yakni salah satu cabang seni rupa dua dimensi yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya seni grafis dibuat dengan media kertas.
Semenjak kelulusannya dari Jurusan Seni Grafis, FSRD ITB pada tahun 1977, Prof Setiawan dikenal sebagai penggrafis asal Indonesia. Pada saat itu, seni grafis masih kurang diminati seniman atau pengamat karya, namun hal ini menjadi tantangan Setiawan untuk menumbuhkan rasa cinta pengamat karya seni terhadap seni grafis.
Kertas akhirnya menjadi media yang ia pilih. Terlebih dia melihat keberadaan kertas hampir punah, terlebih eksistensinya tergeser oleh era digital.
"Mungkin bagi sebagian orang mengenal kertas itu sebagai hal yang sepele, akan tetapi bagi saya kertas adalah spiritual," tandasnya seraya menahan tangis.
Begitu dalam rasa 'cinta' terhadap kertas, Setiawan pun sukses mengenal beragam kertas yang diaplikasikannya menjadi karya-karya yang berharga.
"Pengalaman saya di grafis, saya bergaul dengan kertas dari halus sampai kasar dan menemukan ketertarikan satu sama lain. Bisa dkatakan saya naksir kertas dan lama kelamaan, saya cinta dengan kertas," aku seniman yang sempat menggali ilmu di pendidikan pasca sarjana di Nothern Illinois University, Amerika Serikat dengan mengambil bidang yang sama dengan program sarjananya.
Kepada DIDADAMEDIA, pria kelahiran Bandung, 10 Mei 1951 ini mengatakan, belum banyak yang tergali dari kertas. Terlebih kertas baginya masuk dalam ketegori marginal, namun ia merasa tertantang oleh kondisi itu dan banyak melakukan eksperimen serta pameran.
Sejak saat itu, dia mengaku banyak menemukan kekayaan pada kertas. "Sayangnya, pada satu masa atau kondisi kertas sedang sekarat. Saya nyatakan kita lagi menunggu ajalnya,"
"Yang jelas sebelum mati saya ingin menggelar pameran yaitu 'Di atas langit ada kertas dan di atas kertas aku masuk surga," tuntasnya.