Enam Seniman Pamerkan Karya Cetak Grafis di Atas Kertas

enam-seniman-pamerkan-karya-cetak-grafis-di-atas-kertas Sejumlah karya cetak grafis dari seniman IPPAS dipamerkan de Braga by Artotel. (Trie Widiyantie/PindaiNews)
DIDADAMEDIA, Bandung - Setelah sukses menggelar tiga pameran seni sebelumnya, de Braga by Artotel kembali menyelanggarakan pameran karya kertas dan seni cetak grafis bertajuk 'Printmaking & Paper'.

Menggandeng enam seniman yang tergabung dalam International Printmaking & Paper Artshow (IPPAS), antara lain Aditya Diatmika, Dharyagita Rizal, Hardiman Adiwinata, Putra Wali Aco, Sigit Purnomo Adi dan Zusfa Roihan, pameran diadakan pada 9 Maret hingga 31 Maret 2019 di Artspace lantai 2 de Braga by Artotel.

Seni cetak grafis dan printmaking menjadi koleksi utama pameran kali ini, bekerja sama dengan IPPAS, menampilkan karya dari beberapa seniman kontemporer Indonesia. Penambahan karya di atas kertas untuk disandingkan dengan printmaking adalah untuk menampilkan keragaman karya seni.

"Mengingat perkembangan seni kertas masih perlu terus dipopulerkan keberadaannya, serta untuk merespon perkembangan teknologi dan budaya kekinian yang serba temporal (digital), sehingga karya-karya seni grafis dan kertas bisa lebih akrab dengan kaum milenial," ungkap Art Director Artotel Group, Windy Salomo di de Braga Artotel, Jumat (8/3/2019).

Dijelaskannya, pameran tersebut ingin menghadirkan kesempatan sekaligus memberi platform untuk memperlihatkan karya cetak dan karya di atas kertas yang saat ini masih undervalue untuk disejajarkan dengan karya bermedium lain seperti kanvas.

"Hal ini menjadi menarik dan kritis bagi budaya seni visual kita. Padahal karya-karya grafis dan kertas bisa dibilang dapat dilihat sebagai yang paling mendasar, spontan, dapat dikoleksi, dan memuaskan secara pribadi dari semua bentuk seni," katanya.

Karya-karya tersebut diakuinya begitu sarat dengan proses yang memerlukan kecermatan serta rasa untuk menentukan hasil akhir. "Butuh kejelian, terlebih sejarah seni grafis pertama kali muncul di Indonesia pada era 1950'an yang diaplikasikan pada poster perjuangan dengan tehnik woodcut atau cukil kayu. Nilai sejarahnya begitu tinggi," paparnya.

Editor: redaktur

Komentar