Observatorium Bosscha Terus Berupaya Buka Wawasan Sains Masyarakat

observatorium-bosscha-terus-berupaya-buka-wawasan-sains-masyarakat Sosialisasi Pengamatan Hilal Rajab 1440 H dan Dark Sky Preservation. (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Bandung - Masih minimnya wawasan masyarakat terkait bentuk dan pengamatan hilal, menggerakkan Observatorium Bosscha ITB menggelar acara sosialisasi Pengamatan Hilal Rajab 1440 H dan Dark Sky Preservation di Wisma Kerkhoven Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (7/3/2019).

Sejumlah mahasiswa, perwakilan anggota TNI Pusdik Kowad, Kemenag, LIPI dan media diundang dalam acara tersebut yang mengangkat beberapa tema bahasan. 

Pertama tema Filosofi Hilal dan Pentingnya Pengamatan Hilal yang Berkualitas oleh Kelompok Keahlian Astronomi ITB, Dr Moedji Raharto, lalu membahas Aspek Teknis dan Tantangan Pengamatan Hilal oleh Peneliti Observatorium Bosscha, Muhammad Yusuf. Selain itu, Kepala Observatorium Bosscha, Premana W Premadi juga berkesempatan menyampaikan sosialisasi Dark Sky Preservation.

Premana menuturkan, Observatorium Bosscha sebagai institusi penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat ingin membuka wawasan bagi masyarakat luas terkait ilmu sains yang selama ini kurang terekspos.

Salah satunya dengan memilih topik 'Hilal' yang setiap tahun ramai diperbincangkan terutama menjelang bulan Ramadan, namun masyarakat masih banyak yang belum paham soal aspek teknis.

"Kita undang temen-temen yang bekerja sebagai komunikator masyarakat, seperti media, blog, kita inginkan adalah konten sains, di Indonesia masih belum banyak yang bisa menjadi komunikator dalam konteks sains," ujar Premana.

Dalam acara tersebut, masyarakat diharapkan mendapat pemahaman lebih dalam soal Hilal, sehingga saat menjelang Ramadan mereka paham hal-hal teknis yang mewarnai perbedaan penentuan Hilal. Masyarakat juga dapat mencoba langsung pengamatan Hilal yang dilakukan sekitar pukul 17.45 WIB.

"Ini kan topik yang memang tidak mudah, lumayan teknikal, tapi ini membuka wawasan. Kami ingin mendorong sains dan teknologi agar terus menjadi milik masyarakat," jelasnya.

Premana menilai, meningkatkan literasi sains di masyarakat penting untuk meminimalisir penyebaran kabar bohong (hoaks) soal astronomi. Menurutnya, hingga sekarang masih ada hoaks astronomi yang terus terulang setiap tahunnya.

"Gejala seperti fake news, hoax soal astronomi, kita bantu saring itu, contohnya hoaks Planet Mars sebesar Bulan itu selalu ada setiap tahun. Hoax kan semakin canggih, bahkan meminjam nama NASA, Flat Earth juga. Jadi masyarakat masih minim bagaimana literasinya," tandasnya.


Editor: redaktur

Komentar