DIDADAMEDIA, Bandung - Tak mudah bisa survive di bisnis makanan, apalagi sampai bertahan selama 35 tahun. Selama puluhan tahun, pelopor bratwurst atau sosis di Bandung ini merasakan bagaimana jatuh bangunnya merintis usaha dari nol hingga pernah mencapai masa jaya.
Kalau Anda pecinta makanan berbahan dasar sosis pasti kenal dengan nama Winner. Yups, Winner merupakan nama kafe khusus olahan sosis dan juga merupakan brand sosis ternama di Bandung. Winner Bratwurst atau sosis merupakan brand yang sudah berdiri sejak 1984. Hingga kini merk tersebut masih mewarnai pasar sosis di Kota Bandung.
Diungkapkan pemilik Winner, Winardi Cahya Nugraha, awalnya usaha sosis tersebut didirikan oleh sang ibu pada 1984. Saat itu belum banyak, bahkan jarang produsen sosis di Bandung. Hingga akhirnya menjadi pelopor sosis di kota kembang.
"Dalam menggeluti bisnis hingga usia 35 tahun merupakan waktu yang cukup lama dengan jatuh bangunnya mengolah usaha. Sebetulnya ibu saya sendiri berbisnis dengan menekuni dunia salon. Di tengah itu, ibu saya sempat belajar langsung membuat sosis di Jerman. Namun, ilmu tersebut baru diaplikasikan tahun 1984 yang menjadi tahun lahirnya Winner Bratwurst," paparnya.Saat itu, tambahnya, usaha sosis yang dibangun dilengkapi juga dengan menu olahan sosis seperti hot dog, dan burger. Dalam berjualan, sang ibu menggunakan konsep food truck, padahal ketika itu belum booming bisnis kuliner dengan media food truck.
Konsep tersebut dijalani hingga 1987 dan bisnis kuliner pun berkembang tidak hanya sosis, juga donut dan makanan siap saji lainnya di saat makanan siap saji dari luar belum banyak menyerbu kota-kota di Indonesia.
"Hingga akhirnya pada 1999 dibukalah Winner Kafe yang menyajikan olahan berbahan dasar sosis. Kafe tersebut bertahan hingga kini dan semakin menambah inovasi dari menu," katanya.
Tidak ditampiknya, usaha yang dikelola banyak mengalami kendala. Apalagi untuk bisnis sosis, banyaknya bermunculan produsen sosis, akhirnya menjadi usaha Winner tidak sebaik dulu. Ditambah lagi dengan banyaknya produsen sosis yang mematok harga yang cukup murah.
"Produsen sosis, empat tahun ke belakang ini lumayan banyak, apalagi mereka menjual dengan harga relatif murah. Pasalnya, mereka hanya menggunakan campuran daging asli sekitar 15% sementara saya menggunakan campuran 60%. Itulah yang akhirnya menjadi usaha sosis tidak sebagus dulu," paparnya.
Namun, dengan eksisnya Winner kafe, Winardi berharap usahanya tersebut bisa kembali jaya. "Inovasi menu selalu saya suguhkan agar konsumen tidak jenuh dengan menu-menu yang Ada," tuturnya seraya menutup perbincangan.