DIDADAMEDIA, Bandung - Pungutan wajib Rp50 ribu per siswa setiap bulan untuk program Edubox SMAN 19 Kota Bandung dipertanyakan kejelasannya. Pasalnya, meski sudah membayar iuran, pelaksanaannya kerap mengalami kendala teknis. Siswa tidak mampu juga dipungut biaya yang sama.
Kekesalan dari para siswa memuncak Kamis (28/2/2019) kemarin. Mereka berunjuk rasa di lapangan sekolah menuntut Kepala Sekolah menjelaskan transparansi uang yang dipungut itu.
DIDADAMEDIA pun hari ini kembali mendatangi SMAN 19 Kota Bandung, untuk meminta informasi lebih lengkap soal fungsi Edubox tersebut. Awalnya ingin menemui bagian sarana prasarana sekolah, namun karena tidak ada di sekolah, DIDADAMEDIA pun bertemu salah satu petugas sekolah yang enggan disebutkan namanya.
Petugas tersebut menjelaskan, jumlah Edubox ada sekitar 31 unit yang dipasang di setiap kelas sebanyak 28 unit, satu di ruang guru, satu di ruang BK dan satu lagi di ruang serbaguna.
Secara fisik, Edubox berbentuk bulat dan ditempel di plafon ruangan. Edubox memancarkan sinyal wifi yang bisa diakses oleh siswa dan guru sebagai media koneksi ke server khusus untuk pembelajaran daring.
Dia memaparkan, Edubox menyediakan dua jaringan yaitu intranet dan internet. Intranet atau jaringan lokal sekolah digunakan untuk keperluan ulangan harian, ujian dan mengunduh 1 juta bank soal.
"Intranet untuk ujian, ada dari bank soal dan guru bisa mengupload soal-soal ulangan yang dikerjakan siswa. Kalau bank soal sendiri itu soalnya dari luar, bukan disediakan pihak sekolah," ujar petugas sekolah kepada DIDADAMEDIA.
Sementara itu, jaringan internet katanya dapat dimanfaatkan untuk mengakses laman luar pada umumnya seperti media sosial dan YouTube. "Siswa bisa akses internet juga, bisa untuk buka website lain kaya sosmed dan YouTube. Tapi aksesnya ditutup otomatis kalau lagi ujian atau ulangan harian, kalau hari-hari biasa itu bisa," ungkapnya.
Setiap siswa punya username dan password masing-masing untuk akses ke wifi Edubox. Terkait kendala koneksi yang kerap terjadi, dia menyebutkan untuk intranet sejauh ini belum ada masalah. Adapun siswa memang sering mengeluh masalah koneksi internet yang dijanjikan berkecepatan 100Mbps.
Menurutnya, jika terjadi masalah koneksi internet, pihak sekolah langsung memanggil petugas dari provider internetnya yang notabene berasal dari luar sekolah.
"Kalau Edubox ada masalah, langsung panggil orang teknisnya dari provider. Kendala internet mulai terasa awal tahun ini, bahkan provider sudah memasang dua line telepon sebagai cadangan jika satu line bermasalah," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Sekolah SMAN 19 Kota Bandung, Arief Achmad menuturkan, terjadi kesalahpahaman pada siswa yang menganggap Edubox itu sama seperti internet. Menurutnya, Edubox hanya intranet yang menggunakan perangkat lunak khusus dan disalurkan ke semua kelas.
"Ada server, server ini nge-link ke jaringan internet Telkom, nah jadi permasalahan itu sebetulnya lebih banyak di jaringan Telkom. Bahwa anak ini beranggapan Edubox bisa buka YouTube dan lain-lain, (ngga bisa) itu kita protect. Jadi ini murni buat media pembelajaran," jelasnya, Kamis (28/2/2019).
Arief juga mengatakan, tujuan penerapan Edubox adalah mempermudah pembelajaran siswa melalui daring yang diakses lewat komputer atau smartphone. Namun, Arief menilai mayoritas guru tidak mengunggah (upload) materi ke server Edubox sehingga siswa tidak bisa mengakses. Menurutnya, guru-guru SMAN 19 sulit diajak ke era kemajuan digital karena banyak guru kolot yang sudah mau pensiun.
"Nah ini mayoritas sebagian guru tidak upload ke sana, ketika siswa itu buka, itu tidak muncul. Kita udah beri pelatihan berkali kali. Guru itu sudah ada di zona nyaman, sulit berubah, ketika bawa ke era kemajuan apalagi di sini banyak guru-guru yang mau pensiun," ucapnya.