DIDADAMEDIA, Bandung - Bagi seniman Poedji Irawan, alam adalah inspirasi karya yang tidak akan habis. Lewat pameran tunggal berjudul 'Resonansi Alam', Poedji memvisualisasikan keindahan alam melalui lukisan realis dan naturalisme. Pameran berlangsung di De Paviljoen Hotel 19 Januari-19 Maret 2019.
Pada pengantar pameran, Poedji mengatakan, 'Resonansi Alam' berangkat dari kecintaannya mendaki gunung. Kegemarannya ini membuat dia terobsesi dengan keindahan alam yang selama ini dilihatnya.
Ditambah dengan situasi modernisasi hari ini, kehausan akan nuansa harmonis dari alam bebas kian meningkat. Alam seolah memanggilnya untuk menuangkan keindahan tersebut melalui karya seni.
"Perasaan yang terhubung dengan alam, seolah memanggil jiwa saya. Hal tersebut saya maknai sebagai resonansi alam, yaitu adanya pemaknaan yang dalam antara saya dan alam. Perasaan dan gagasan tersebut saya tuangkan menjadi lukisan," kata Poedji, di De Paviljoen Hotel, Senin (25/2/2019).
Kurator Heru Prayogo menuturkan, karya Poedji memiliki ciri khas dengan warna yang mewah dan garis yang tegas. Tidak mustahil, kata Heru, karya ini telah menemukan trademark sendiri sehingga tidak bosan untuk dipandang.
"Poedji Irawan karya-karyanya tidak bosan untuk dipandang dan dikoleksi, juga investasi art. Ia merupakan salah satu seniman terbaik," ujarnya.
Menampilkan puluhan lukisan dengan objek yang didominasi flora dan fauna, Poedji dengan detail melukis setiap objeknya dalam ragam warna dan ekspresi. Sejumlah lukisan juga disajikan dengan gaya abstrak yang membuat pameran ini penuh dengan perbedaan indah.
Salah satu lukisannya berjudul 'Bocah Angon', menampilkan sejumlah ekor kerbau yang sudah memakan rumput di padang hijau. Di atas punggung seekor kerbau, seorang bocah laki-laki sedang duduk santai sembari meniup seruling.
Karya ini hadir dalam media campuran di atas kanvas 143x210 centimeter. Kemudian, dalam lukisan berjudul 'Sepasang Arwana', Poedji menyajikan lukisan dengan mood gelap.
Menggunakan media campuran di atas kanvas 180x210 centimeter, dia melukis dua ekor ikan arwana dengan sisik berwarna emas. Komposisi kedua warna ini menghadirkan 'nyawa' seolah membuat arwana tersebut hidup.
Berbeda dengan dua lukisan tadi, kali ini Poedji menggunakan gaya lukis extreme close-up, dengan lukisan 'Lily Merah', karya ini memakai media campuran di atas kanvas 105x105 sentimeter.
Objek sentral lukisan ini tentu saja bunga lili merah yang sedang merekah. Kelopak-kelopak bunga mekar sempurna dengan aksen kuning di atas kelopak.
Masih dengan objek flora, ada lukisan berjudul 'Red Roses'. Poedji melukis puluhan tangkai bunga mawar yang ditaruh di dalam pot. Perpaduan warna merah muda, hijau, dan latar belakang putih membuatnya terlihat apik dengan komposisi warna tersebut.
Dia menyajikannya dalam media campuran di atas kanvas 115x115 centimeter. Kemudian, Poedji menghadirkan objek perempuan dalam lukisan berjudul 'Ballerina'.
Di atas kanvas 100x90 sentimeter, dia memakai media campuran dan melukis seorang perempuan penari balet yang mengenakan rok tutu merah. Sang balerina bersiap tampil dihadapan penonton, yang digambarkan sedang membungkuk untuk memakai sepatu balet.
Sosok perempuan juga dihadirkan Poedji pada lukisan berjudul 'Sax Girl'. Karya yang dibuat dengan media campuran di atas kanvas 100x90 centimeter ini menampilkan perempuan yang sedang meniup saksofon.
Karyanya ini didominasi warna biru. Dia juga membuatnya dalam posisi menyamping. Di samping perempuan, terdapat bulan yang bersinar di langit gelap.
Lukisan Poedji ditutup dengan karya abstrak yang turut dipamerkan. Salah satunya lewat karya berjudul 'Flower Garden'. Meski masih menggunakan kata 'flower', lukisan ini menginterpretasikan kebun bunga dalam warna-warna cerah seperti kuning, merah muda, dan merah lewat campuran warna.
Editor: redaktur