DIDADAMEDIA, Bandung - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menargetkan setiap tahunnya progres 15-20% untuk revitalisasi Sungai Citarum. Dia menetapkan waktu lima tahun dalam memulihkan kembali kelestarian sungai yang sempat dicap sebagai sungai terkotor di dunia.
Hal tersebut disampaikannya dalam seminar nasional dengan tema "Model Sinergitas Pentahelix Merawat Alam dan Mitigasi Bencana" yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama Komunitas pecinta Citarum serta komunitas pegiat lingkungan di Hotel Asrilia Bandung, Jumat (22/2/2019).
"Setiap tahun kita lakukan evaluasi. Tiap tahun harus ada progres 15 sampai 20 persen, jadi di akhir proses kita bisa membalikkan lagi harum Citarum," ujar sosok yang akrab disapa Emil itu.
Dalam mengakselerasi Gerakan Citarum Harum sesuai amanat Perpres No 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum, Emil akan mengaplikasikan berbagai rencana aksi yang sudah dirangkum dalam satu modul khusus.
"Kita juga punya rencana aksi Citarum, didialamnya memuat peran siapa mengerjakan apa dimana dengan target apa. Rencana aksi akan kita bagikan, setiap orang akan punya tugas," tambahnya.
Selain itu, konsep Pentahelix akan diterapkannya dengan melibatkan pihak pemerintah, swasta, komunitas, akademisi dan media. Sebab selama ini model Pentahelix belum dimaksimalkan.
"Kebencaan bisa dikurangi resikonya melalui kolaborasi Pentahelix. Selama ini jangan sangka bahwa urusan kehidupan tanggung jawab pemerintah saja," imbuh Emil yang juga Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Citarum Harum.
Emil menilai, Gerakan Citarum Harum sudah berjalan setahun, tetapi progresnya lambat karena tidak menggunakan konsep Pentahelix. Oleh karena itu mulai sekarang kelima unsur Pentahelix akan dirangkul dan dilibatkan.
"Nggak pakai fokus-fokusan kerja, tapi multidimensi semua dikerjakan dalam waktu bersamaan oleh semua pihak. Ngga ada istilah fokus satu kerjaan," pungkasnya.
Editor: redaktur