DIDADAMEDIA, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengimbau orang tua agar melakukan pencegahan dini agar anak tidak ikut geng motor.
Pernyataan itu muncul seiring adanya keterlibatan anak yang sudah menjalani pidananya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), tapi justru kembali menjadi panglima geng motor di Jakarta Barat.
"KPAI mengimbau orang tua untuk memberikan perhatian penuh pada anak-anak dan memberikan rasa nyaman sehingga anak-anak merasa diterima oleh orang tua," kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati kepada wartawan di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Atas hal itu, dia meminta meminta Dirjen Pemasyarakatan untuk melakukan proses pembinaan yang lebih lagi bagi anak-anak di LPKA. Selain itu, kata dia, proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial pascaanak keluar dari LPKA perlu ditingkatkan proses dan kualitasnya, termasuk bagaimana memampukan orang tua untuk dapat mengasuh anak.
Tidak kalah penting, lanjut dia, bagaimana ada proses masyarakat dapat menerima keberadaan anak tersebut sehingga setelah keluar dari LPKA tidak lagi terlibat dalam tindak pidana.
"Semoga tidak terjadi lagi aksi-aksi geng motor yang menghabisi nyawa orang," katanya.
Rita mengatakan, prihatin dengan banyaknya keterlibatan anak dalam peristiwa geng motor. Keterlibatan anak dalam geng motor sebenarnya adalah bentuk pencarian identitas diri tapi dengan cara yang tidak tepat.
Anak-anak itu, kata dia, terlibat dalam geng motor karena merasa ingin diakui keberadaan dan eksistensi dirinya di kelompok sehingga ikut terlibat dalam geng motor.
"Banyak anak merasa komunikasi orang tua dengan anak hanya ngomel melulu, jarang diapresiasi, sehingga anak merasa lebih nyaman di luar rumah dan mencari eksistensi diri dengan cara yang tidak tepat, salah satunya geng motor," kata dia.
Orang tua, kata dia, perlu mencari anak-anaknya jika jam sembilan malam belum sampai di rumah karena peristiwa geng motor banyak terjadi dini hari hingga Subuh.
Sementara itu, temuan Polres Jakarta Barat menunjukkan anggota geng motor mengkonsumsi narkoba dan zat terlarang lainnya. Itu merupakan bukti efek buruk, halusinasi serta hilangnya akal sehat akibat mengkonsumsi narkoba dan zat terlarang lainnya.
"Oleh karena itu, orang tua khususnya dan sekolah, perlu memberikan aktivitas yang positif dan fasilitasnya sehingga anak tidak mencari aktivitas yang negatif dan mengkonsumsi narkoba," kata dia.