KPAI: Kasus Bullying di Sekolah Masih Banyak Terjadi pada Awal 2019

kpai-kasus-bullying-di-sekolah-masih-banyak-terjadi-pada-awal-2019 Ilustrasi. (net)
DIDADAMEDIA, Bandung - Perundungan (bullying) masih mendominasi kasus pelanggaran hak anak di bidang pendidikan awal 2019. Hal tersebut berdasarkan laporan aduan yang diterima Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, mulai awal Januari hingga Februari 2019 ini pihaknya sudah menerima berbagai aduan bullying siswa-siswi sekolah dasar dan menengah.

Data tersebut menunjukkan kasus bullying kepada siswa sekolah terjadi sebanyak 10 kasus, rinciannya yaitu berupa kekerasan fisik (2 kasus), kekerasan psikis (6 kasus) dan kekerasan seksual (2 kasus). 

"Selain itu, anak korban kebijakan juga cukup tinggi, yaitu 5 kasus. Ada juga kasus anak di eksploitasi pihak sekolah, yaitu diminta memperbaiki atap sekolah, dan akibatnya siswa mengalami kecelakaan sehingga matanya kemasukan serpihan genteng tanah liat dan mengalami kerusakan cukup parah hingga harus menjalani perawatan medis yang cukup lama," ujar Retno seperti rilis yang diterima DIDADAMEDIA, Senin (18/2/2019).

Selain anak yang menjadi korban bullying, KPAI juga mencatat anak sebagai pelaku perundungan kekerasan fisik sebanyak dua kasus yang divideokan kemudian viral di media sosial. Menurut Retno, keduanya berakhir damai dengan difasilitasi pihak kepolisian, yaitu kasus di Gresik dan di Takalar. 

"Ada juga bentuk kenakalan anak lainnya saat guru mengajar di kelas, yaitu ada 3 siswa malah bermain kuda-kudaan, peristiwa ini terjadi di Ngawi, Jawa Timur. Anak menjadi korban memang jauh lebih banyak daripada anak menjadi pelaku perundungan di satuan pendidikan," tambahnya.

Melihat masih tingginya kasus perundungan di satuan pendidikan, KPAI mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama memperkuat upaya percepatan terwujudnya Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di seluruh Indonesia. Saat ini jumlah SRA di Indonesia sekitar 11.000 dari 400 ribu sekolah dan madrasah. 


Editor: redaktur

Komentar