DIDADAMEDIA, Bandung - Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono dinilai bukanlah sosok terakhir yang diciduk dan ditetapkan jadi tersangka oleh Satgas Antimafia Bola Mabes Polri.
Jika melihat pada perkembangan yang terjadi ada sejumlah nama lain yang berpotensi terseret dan dijadikan tersangka dalam kasus praktik kotor di sepak bola Indonesia.
Sebelumnya nama Plt Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto dan Manajer Madura United, Haruna Soemitro juga sempat disebut-sebut terlibat dalam praktik 'tipu-tipu' dan dugaan pemerasan di Piala Soeratin 2009.
Ketika itu Iwan yang menjabat sebagai Ketua Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) diduga menerima aliran dana suap untuk memuluskan keinginan salah satu tim menjadi tuan rumah babak 8 besar Piala Soeratin yang merupakan ajang kompetisi U-18.
BACA JUGA:
- Joko Driyono Jadi Tersangka, Asprov PSSI Jabar Dorong KLB
- Jokdri Diduga Jadi Aktor di Balik Perusakan Dokumen Persija
- Ini Kronologi Penetapan Bos Persija Jadi Tersangka
- Begini Reaksi PSSI Setelah Jokdri Ditetapkan Jadi Tersangka
Aliran dana kepada Iwan diduga dilakukan atas arahan Haruna Soemitro yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Pengprov PSSI Jawa Timur. Keduanya dilaporkan oleh mantan manajer Perseba Super Bangkalan, Imron Abdul Fatah.
Seperti dilansir Bola.net, 8 Januari 2019, dalam laporannya, Imron mengaku diminta mengirimkan sejumlah uang oleh IB. Transaksi ini terjadi pada Piala Soeratin, November 2009 silam.
Waktu itu, Perseba Bangkalan terpilih sebagai tuan rumah. Namun, IB -sapaan Iwan Budianto- disebut mengancam menganulir hal tersebut jika Imron tak mengirimkan sejumlah uang. Waktu itu, IB disebut meminta uang senilai Rp 140 juta. Imron sudah mengirim sebagian pada IB.
IB kemudian meminta agar Imron menghubungi H, yang juga petinggi PSSI. Seseorang berinisial H pun menurut Imron menyarankannya untuk segera mengirim kekurangan uang kepada Iwan Budianto yang namanya meroket di sepak bola Tanah Air usai mengantarkan Persik Kediri juara Liga Indonesia 2003 itu.
Menanggapi pelaporan yang dilakukan Imron, Iwan Budianto menyatakan, bahwa kasus itu sudah lama dan membuatnya sulit mengingat. "Kejadian yang disampaikan itu sudah terlalu lama. Pasti, bukanlah hal mudah bagi saya untuk mengingat," tutur mantan Manajer Arema itu.
Selain kedua nama tersebut, juga ada beberapa nama lain yang sempat disebut-sebut memiliki keterlibatan dalam kasus pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Karenanya, bisa jadi saat ini Satgas hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali melakukan penggeledahan serta penangkapan pelaku pengaturan skor lainnya.