Tridinews.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan atas berlanjutnya operasi militer di Tepi Barat yang diduduki, yang disebut serangan terlama sejak awal tahun 2000-an.
"Di Tepi Barat, OCHA terus memantau situasi dan prihatin atas operasi pasukan Israel yang terus berlanjut di utara," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers, Jumat (21/2), merujuk pada Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Mengutip data OCHA, PBB mencatat 34 insiden yang melibatkan pemukim ilegal Israel terus berlanjut, antara 11 hingga 17 Februari lalu.
"Dalam salah satu insiden tersebut, pemukim Israel memutus pipa air pertanian di Provinsi Tulkarm, yang memengaruhi mata pencaharian belasan petani Palestina," kata Dujarric.
Ia juga melaporkan bahwa hampir 40 warga Palestina mengungsi di dekat Desa Al Maniya di Betlehem, setelah serangan berulang dari pemukim Israel selama setahun terakhir.
Menyuarakan kekhawatiran atas pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas Israel terhadap gerakan Palestina, Dujarric memperingatkan bahwa tindakan ini berdampak pada kehidupan sehari-hari warga Palestina.
Menurut OCHA, hampir 2.300 warga Palestina—termasuk hampir 1.100 anak-anak—telah mengungsi di seluruh Tepi Barat yang diduduki sejak awal 2023 karena meningkatnya kekerasan pemukim dan pembatasan akses.
Selama hampir dua bulan, pasukan Israel melakukan operasi militer di kamp-kamp pengungsi Tepi Barat utara, khususnya di Jenin, Tulkarem, dan Tubas.
Sebelumnya pada Jumat, tentara Israel mengumumkan pengerahan tiga batalyon tambahan ke Tepi Barat pasca arahan pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk menjalankan operasi yang kuat.
Sumber: Anadolu
Editor: redaktur