Tridinews.com, Bandung - Nasib naas harus dialami ARO (9), anak kelas 3 SDN Jayamukti di Subang akhirnya meninggal dunia usai beberapa hari dalam keadaan koma karena menjadi korban perundungan (bully) kakak kelasnya. Berikut fakta-faktanya :
Awalnya Korban Keluhkan Sakit Kepala hingga Muntah
Usai mengalami perundungan, ARO mengeluhkan sakit perut, sakit kepala hingga muntah-muntah.
"Dua hari itu dia muntah terus kalo makan muntah, makan muntah, perutnya sakit, sama uwa nya enggak cerita karena takut, kata saya kenapa kamu kayak gitu, sakit perutnya, dibenerin (diurut) abis di urut nggak muntah lagi," ujar Sarti, saudara korban kepada awak media saat ditemui di rumahnya, Jumat (22/11/2024).
Sarti menjelaskan, korban sempat masuk sekolah kemudian kondisi terus memburuk, bahkan korban kesulitan membuka kelopak mata dan berjalan pun merangkak.
"Gak pernah cerita, itu waktu dia mau drop mau berangkat ke rumah sakit, saya tanya kamu kenapa kepalanya sakit, melek gak bisa jalan susah, katanya dijedotin ke tembok, ditajong (tendang) pengakuan (korban) sama tiga orang itu," katanya.
Berdasarkan informasi, korban alami perundungan oleh kakak kelasnya, yakni kelas 4 dan kelas 5, dengan Inisial M, D dan O.
Meninggal Dunia Setelah Beberapa Hari Dirawat
Sebelum meninggal bocah berusia 9 tahun itu sempat mendapat perawatan di RSUD Ciereng.
"Ini hari ke-6, kondisinya memang tidak stabil, kritis, kondisi koma, kalau dari sisi medis ini udah mati batang otak, tadi meninggal jam 16.10 WIB," ujar Wadirut Pelayanan Medik Syamsu Riza, kepada awak media Senin (25/11/2024) malam.
Syamsu menjelaskan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk membantu korban tetap bertahan hidup. Namun upaya yang dilakukan selama 6 hari tidak membuahkan hasil, korban dengan inisial ARO tidak dapat terselamatkan.
"Diagnosa awal terjadi pendarahan di otak, curiganya ke sana (benturan) kalo tidak ada kecurigaan lain. Belum bisa kita pastikan ada penyakit bawaan atau tidak, pemeriksaan belum kita lakukan karena pasien tidak stabil, sehingga kita tetap melakukan observasi, enggak ada luka di perut," katanya.
Masih kata Syamsu, kondisi pasien sejak memasuki rumah sakit ini dalam kondisi koma. Selama perawatan kondisinya terus menurun.
"Dari awal datang sampai meninggal tidak ada perubahan, saat datang udah koma di IGD tidak sadarkan diri, kita belum bisa menentukan sudah lama atau tidak makanya dilakukan autopsi oleh pihak kepolisian, dari hasil autopsi bisa disimpulkan," pungkasnya.
Polisi Turun Mengusut Kasus Perundungan
Kondisi ini memaksa polisi turun tangan. Polisi langsung membawa jenazah korban ke RS Bhayangkara di Losarang Indramayu untuk dilakukan autopsi.
"Seperti yang rekan ketahui bahwa korban dari Blanakan hari ini meninggal dunia, kemudian hari ini kami akan melaksanakan autopsi di RS Bhayangkara Losarang. Kami sudah koordinasi dengan pihak dokter, kemungkinan pukul 21.00 akan dilaksanakan autopsi," ujar Kasat Reskrim Polres Subang AKP Gilang Friyana di depan ruang jenazah RSUD Ciereng Subang, Senin (25/11/2024) malam.
Gilang menyebutkan, pihaknya melakukan autopsi sebagai langkah penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian korban. Hasilnya bisa menyimpulkan apakah korban meninggal akibat sakit bawaan atau sakit ada kekerasan pada tubuhnya.
Pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan saksi-saksi pasca ramainya kasus perundungan yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.
"Kemarin sih dari penyidik sudah tiga orang diperiksa, kemungkinan besok kami dalami lagi bersama Unit PPA. Besok kami akan merapat ke Blanakan untuk melaksanakan penyelidikan lebih lanjut. Penyebab belum ada, nanti kita lihat hasil autopsi penyebab kematiannya, makanya kami autopsi penyebab kematiannya seperti apa," jelasnya.
Saat ditanya dugaan para pelaku, ia belum bisa berbicara banyak. Pasalnya, proses penyelidikan masih dilakukan. "Tiga saksi masih kita dalami, sementara belum (ada tersangka), nanti (tersangka) kalau udah lengkap semuanya nanti kita rilis lagi, kita lihat hasil autopsi," pungkasnya.
Kepsek Diberhentikan Usai Perundungan Berujung Maut
PJ Bupati Subang Imran murka usai ARO meninggal dunia. Imran langsung menonaktifkan kepala sekolah di tempat korban menimba ilmu.
Hal itu disampaikan Imran usai melihat langsung kondisi korban terbujur kaku di kamar jenazah RSUD Ciereng Subang.
"Yang pertama saya sampaikan berulang kali bahwa pemerintah Subang anti bullying. Ingat beberapa lalu saya sampaikan, kalau bully terjadi, kepala sekolah saya pecat atau anaknya pindah, dan hari ini saya buktikan, kepala sekolah saya nonaktifkan sampai pemberkasan pemeriksaan selesai," ujar Imran kepada awak media di depan ruang jenazah RSUD Ciereng Subang, Selasa (25/11/2024) malam.
Imran yang ditanya upaya yang dilakukan pemerintah Subang pasca kejadian ini, ia menyebutkan sosialisasi anti bullying secara massif dilakukan, namun belum membuahkan hasil.
"Polres harus memproses, ini tidak boleh lagi (terjadi) di Subang. Sosialisasi sudah kita lakukan, advokasi sudah kita lakukan anti bullying ini, berarti harus ada penegakan hukum," katanya.
Editor: redaktur