Tridinews.com - Oppenheimer akhirnya tayang di Jepang pada Jumat (29/3). Film tersebut tayang sekitar delapan bulan sejak perilisan global pada Juli 2023. Beberapa warga Jepang buka suara mengenai film yang singgung isu sensitif di sana.
Pemutaran pertama film pemenang Piala Oscar 2024 berlangsung di bioskop Hatchoza, Hiroshima. Bioskop itu berlokasi kurang dari satu kilometer dari pusat bom atom pertama dalam sejarah.
"Mungkin ada lebih banyak deskripsi dan gambaran mengenai kengerian senjata atom," ujar mantan Wali Kota Hiroshima, Takashi Hiraoka, yang menghadiri pemutaran film khusus awal bulan ini, dikutip dari The Guardian.
"Dari sudut pandang Hiroshima, tidak banyak yang bisa diceritakan mengenai kengerian senjata nuklir, namun saya akan mendorong orang-orang untuk datang dan menyaksikannya," kata dia.
Selain mantan Wali Kota Hiroshima, para Hibakusha alias penyintas bom atom buka suara atas perilisan Oppenheimer. Banyak dari mereka berharap film tersebut setidaknya mengakui penderitaan yang ditimbulkan.
Mereka berharap kemunculan adegan yang merepresentasikan kehancuran nyata di Hiroshima imbas Enola Gay, pesawat pembom B-29 AS, setelah menjatuhkan bom nuklir berkekuatan 15 kiloton di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 pagi.
Ledakan tersebut menewaskan antara 60 ribu-80 ribu orang dalam sekejap. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 140 ribu pada akhir tahun.
Tiga hari kemudian, Amerika kembali menjatuhkan bom plutonium di Nagasaki yang menewaskan 74 ribu orang.
Masao Tomonaga, seorang penyintas bom atom sekaligus direktur kehormatan rumah sakit Bom Atom Palang Merah Jepang di Nagasaki, percaya bahwa Oppenheimer adalah film "anti-nuklir."
"Saya pikir kurangnya gambar penyintas bom atom dalam film ini merupakan sebuah kelemahan. Namun nyatanya, dialog-dialog Oppenheimer dalam puluhan adegan menunjukkan keterkejutannya atas realitas bom atom. Itu sudah cukup bagi saya," tutur Tomonaga.
Adapun Tomonaga menghabiskan kehidupan profesionalnya untuk mempelajari dampak kesehatan dari paparan radiasi bom atom.
Ia menambahkan, "Hibakusha semuanya sudah sangat tua, jadi ini adalah film untuk anak muda ... sekarang terserah pada generasi mendatang untuk memutuskan bagaimana caranya untuk menyingkirkan senjata nuklir dari dunia."
Editor: redaktur