DIDADAMEDIA, Bandung - Pepatah mengatakan, kita tidak bisa memilih terlahir di keluarga mana, etnis mana, dan apa kulit warna. Itu juga yang dirasakan oleh Gregorius Kenny Tamara (27), pria keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Kota Bandung.
Kenny, demikian dia akrab disapa, saat ini tengah merasakan kebahagiaan layaknya warga keturunan Tionghoa lain di seluruh penjuru dunia yang merayakan Tahun Baru Imlek 2570 Kongzili.
Sama seperti warga Tionghoa lainnya, Kenny merayakan Imlek dengan kumpul sekaligus bersilaturahmi bersama keluarga dan sanak saudara, makan-makan hingga bagi-bagi angpao yang sudah menjadi tradisi setiap tahun.
Namun sebagai kaum minoritas di Kota Bandung, Kenny masih merasakan adanya pengelompokan ras Tionghoa dengan ras lainnya atau dengan kata lain disebut 'rasisme'. Tak jarang Kenny kerap disebut 'Cina', oleh teman-teman ataupun orang yang ditemuinya.
Mungkin bagi sebagian orang perkataan itu hanya lah sebuah candaan, tapi bagi diri Kenny sendiri sedikit membuatnya tidak nyaman. Sebab kata 'Cina' memang bagi warga Tionghoa sebenarnya bukanlah kata yang enak untuk didengar dan dirasakan.
Kenny memang keturunan Tionghoa, tapi dia tak mau karena garis keturunannya dia tidak sepenuhnya dianggap sebagai orang Indonesia. Bagi Kenny, pengakuan penuh sebagai orang Indonesia, jauh lebih membuatnya merasa nyaman. Sebab pada hakikatnya, setiap manusia sama di mata Tuhan.
"Kadang-kadang masih sih, jadi kayak orang ngelihatnya sinis atau gimana, atau tiba-tiba nanya 'kamu Cina ya?' Itu kan maksudnya, emang kita keturunan Tionghoa, tapi kita tetap dari Indonesia. Kita semua lahir di sini, kita semua hidup di sini, nyari makan di sini, kita semua juga usaha di sini, jadi keturunan tuh sudah dari jauh," ungkap Kenny saat ditemui di Jalan Kelenteng, Rabu (6/2/2019).
Dalam benak Kenny, seolah ingin mengatakan; 'Jangan panggil saya (kami) Cina'. Kata itu memang terasa sempit dan tidak membuat nyaman, Kenny ingin sepenuhnya dianggap sebagai orang Indonesia. Karenanya, Kenny berharap di momen Imlek tahun ini unsur yang menyudutkan SARA bisa berkurang, khususnya kepada etnis Tionghoa.
"Semoga tahun ini semuanya lebih banyak berkatnya. Semoga semua keluarga semakin didekatkan, semakin sehat dan dilancarkan semua, semoga juga makin berkurang rasisme di Indonesia sama warga keturunan Tionghoa. Itu yang terpenting," jelasnya.
Soal shio babi pada tahun ini, doa Kenny sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu semoga diberikan rezeki dan kesehatan yang terbaik. Dia sebenarnya percaya tidak percaya kepada ramalan shio, sebab yang terpenting adalah berusaha dan menjalani semuanya.
"Kalau dari sisi shio emang percaya nggak percaya, tapi tetep kalau misalkan ada hal-hal buruk itu tetap harus waspada, karena bisa dan mungkin terjadi dalam waktu lama. Tapi kemungkinan kalau hal buruk terjadi itu harus siap-siap. Itu lebih kepada mengimbau umatnya supaya lebih waspada aja," ucap Kenny.
Editor: redaktur