Menengok Kerukunan Beragama di Kampung Toleransi Jamika

menengok-kerukunan-beragama-di-kampung-toleransi-jamika Kampung Toleransi RW 04 Kelurahan Jamika. (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Bandung - Kampung Toleransi RW 04 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler adalah satu dari tiga kampung toleransi di Kota Bandung. Sesuai namanya, kampung dengan 16 RT itu selalu menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama.

Kampung ini berdekatan dengan kawasan pecinan yaitu Cibadak. Di dalam area permukiman padat penduduk itu terdapat tiga jenis rumah ibadah yaitu dua masjid, empat vihara dan empat gereja.

Uniknya, posisi rumah ibadah tersebut saling bersebelahan. Misalkan masjid dengan gereja, lalu beberapa meter setelahnya ada lagi gereja berdampingan dengan vihara, kemudian ada juga masjid dengan vihara.

Posisi rumah ibadah tersebut sudah sejak dahulu bersebelahan dan tidak menjadi masalah, bahkan membuat kerukunan sesama warga semakin erat. 

Sekretaris RW 04 Kampung Toleransi, Jahja Kosim mengatakan, Kampung Toleransi Jamika ini diresmikan pada 20 Agustus 2017 oleh Ridwan Kamil yang saat itu masih menjabat Walikota Bandung. Namun sebenarnya nilai kerukunan beragama di sana sudah diterapkan sejak dahulu meski belum resmi bernama Kampung Toleransi.

"Pemerintah hanya diresmikan saja, selebihnya ya pemerintah menyemangati kita jangan sampai pudar. Jadi kalau anggaran kita prinsipnya urunan dari masyarakat," ucap Jahja, Rabu (6/2/2019).

Jahja mengatakan, nilai-nilai toleransi yang diterapkan oleh warga Kampung Toleransi salah satunya adalah saling membantu ketika ada kegiatan keagamaan. 

Seperti halnya perayaan Imlek 2019, warga beragama Islam dan Nasrani di sana ikut menyiapkan berbagai kebutuhan Imlek di Vihara. Begitu juga dengan hari-hari besar keagamaan lainnya warga tak sungkan bergotong-royong membantu tetangganya.

Selain itu, jika ada sebuah isu-isu seputar rasisme agama yang berkembang di masyarakat luas, warga di Kampung Toleransi ini langsung berkumpul bersama tokoh agama kampungnya. Mereka duduk bersama membahas permasalahannya agar warga tidak ikut terpancing isu.

"Misalkan ada isu kita pada berkumpul semua, mengantisipasi agar tidak berimbas. Bersyukur selama ini tidak ada masalah," tambahnya.

Jahja beragama Nasrani. Namun dia jadi banyak belajar terkait agama lainnya ketika tinggal di kampung ini. Kerukunan tersebut memberi kedamaian di hati Jahja dan warga lainnya. 

"Uniknya selama ini saya belum pernah ke masjid tapi setelah ada, saya diajak di halamannya, saat Idul Adha saya diajak makan bareng. Saya ke Vihara belum pernah, tapi setelah itu karena suka ada rapat ya ke Vihara," paparnya.

Kegiatan lainnya adalah seperti Tasyakuran yang biasanya digelar di masjid, kini diadakan di kantor RW agar semua umat bisa berkumpul. Kemudian masing-masing pengelola rumah ibadah juga sering memberikan bantuan makanan tambahan bagi Posyandu untuk dimanfaatkan semua warga.

"Kalau cerita akidah masing masing, tapi ikut serta atau memeriahkan kita sama-sama, misal tahun lalu ada Bukber, penyelenggara Vihara, kita kampung toleransi mengkonsolidasikan dari aparat setempat RT RW," jelasnya.

Jahja berharap nilai toleransi ini bisa terus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya di Kampung Toleransi Jamika. Bahkan kalau memungkinkan ditularkan ke daerah lainnya.

"Mudahan-mudahan apa yang sudah diturunkan bisa mewariskan ke generasi berikutnya. Kita juga berharap bisa jadi contoh ada cara untuk masyarakat untuk saling bantu," pungkasnya.
Editor: redaktur

Komentar