Belajar Toleransi dari Kisah Hidup Asikin

belajar-toleransi-dari-kisah-hidup-asikin Darmawan Asikin . (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Bandung - Darmawan Asikin (70) adalah seorang pengelola Vihara Dharma Ramsi Kota Bandung. Lahir dengan nama A Liong, pria yang besar dari keluarga etnis Tionghoa itu sudah mengabdikan hidupnya sejak 2010 di vihara.

Asikin beragama Katholik, namun dia dipercaya pengelola lainnya di Vihara Dharma Ramsi untuk menjadi penyambung lidah terkait segala kegiatan vihara kepada masyarakat umum. Vihara Dharma Ramsi memfasilitasi ibadah untuk tiga keyakinan, yaitu Budha, Taoisme dan Konghucu. 

Keunikan itu membuat banyak pihak penasaran mengetahui seluk beluk Vihara Dharma Ramsi, tapi karena tidak ada yang mampu menjelaskan sesederhana mungkin, maka Asikin lah yang dipercaya. 

Ketika berbincang dengan DIDADAMEDIA, Asikin dengan luwes dan lugas menjelaskan beragam istilah dan kebudayaan Tionghoa.

"Sangat diterima baik saat masuk sini, karena urusannya membantu sesama manusia, walaupun beda keyakinan. Prinsip saya manusia itu hanya dipisah oleh berbagai bangsa, bahasa, kepercayaan, tapi Tuhan tetap satu," kata Asikin saat ditemui DIDADAMEDIA, Selasa (5/1/2019).

Lahir dan besar di pusat Kota Bandung, tepatnya di sebuah gang kecil di dalam Pasar Kembang, Asikin merupakan anak ke-lima dari 13 bersaudara. 

Prinsip Hidup Asikin

Sebelum menjadi pengelola Vihara Dharma Ramsi, dia sudah lebih dahulu menjelajahi untuk mengurus rumah ibadah dari berbagai agama, tak terkecuali masjid dan gereja di Jawa Barat.

Rasa keingintahuan dan mempelajari toleransi antar umat beragama menjadi alasan utama ayah dari empat orang anak itu membantu para pengelola rumah ibadah. 

Tujuannya adalah agar bisa bercerita dan menjelaskan suatu keyakinan kepada orang-orang dengan kepercayaan berbeda.

Dalam hidupnya, dia punya prinsip 'tong satempo-tempoeun, tong sadenge-dengeun, tong saomong-omongeun'. 

"Artinya jangan hanya dari mendengar, belum melihat langsung, tapi sudah berbicara kesana kemari. Prinsip ini saya tularkan kepada setiap orang yang saya temui," ungkapnya.

Prinsip tersebut yang menggerakkan hati Asikin untuk terus belajar mempelajari agama dan kepercayaan setiap umat. Tak terhitung berapa banyak rumah ibadah yang sudah dia tapaki untuk dipelajarinya. 

Toleransi adalah kata kunci dalam hidup Asikin. Ketika dia bertemu dengan umat muslim, dia mampu menjabarkan tata cara ibadah agama Islam, begitu pula dengan agama lainnya. Karena hal ini juga Asikin diterima baik oleh warga sekitar vihara.

Dekat dengan Dai Sejuta Umat

Asal mula nama Asikin juga punya cerita unik tersendiri. Asikin ternyata sebuah nama pemberian dari almarhum ulama besar Zainudin MZ. 

Asikin pada 1980-an pernah mengikuti jejak perjalanan Zainuddin MZ. Selama kurang lebih delapan tahun, dia selalu berada di sebelah Dai Sejuta Umat itu.

"Sekitar tahun 1980-an Kiai Zainuddin MZ mengajukan nama Asikin sejak awal saya mengikuti dia. Beliau tidak pakai mikir panjang, langsung saja tercetus nama Asikin," paparnya.

Ketika ditanya akan sampai kapan mengabdi di Vihara Dharma Ramsi, Asikin mengakui belum tahu. Dia siap terus membantu pengelola vihara sampai waktunya dia tidak dibutuhkan lagi.


Editor: redaktur

Komentar