DIDADAMEDIA, Bandung - Jawa Barat, pantas berbangga karena banyak jenis kopi asal Tatar Parahyangan menjadi primadona, tak hanya secara nasional, juga internasional.
Salah satu buktinya, biji kopi yang ditanam petani di Gunung Puntang pernah menjuarai Specialty Coffee Association of America Expo di kota Atlanta, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat pada 2016.
Keunikan serta kekhasan citarasa kopi asal Jabar membuat Pemprov Jabar, dalam beberapa tahun terakhir sangat gencar mendongkrak pemasaran kopi. Hampir semua daerah pegunungan di Jabar punya nama dan jenis biji kopinya masing-masing.
Hal ini tentu kabar baik bagi peningkatan ekonomi Jawa Barat karena banyak masyarakat khususnya petani kopi dilibatkan dan ikut meraup untung. Namun bagaimana dengan komoditas lainnya yang sebenarnya punya potensi besar, namun kurang mendapat perhatian oleh pemerintah?
Menjawab hal tersebut, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengakui Pemprov Jabar, tetap memperjuangkan komoditas lain untuk dikembangkan lebih jauh di Jabar. Namun dalam perjalanannya masih menemui sejumlah kendala.
Seperti halnya upaya pengembangan pangan tradisional yaitu komoditas kacang kedelai. Menurut Uu, kacang kedelai Jabar punya potensi besar karena kualitasnya yang unggul daripada wilayah lainnya.
Akan tetapi banyak petani masih enggan beralih cocok tanam ke kedelai, karena dinilai lebih menguntungkan menanam padi.
"Awalnya ingin kacang keledai tapi ada kendala. Pertama, petani lebih mudah tanam padi, dan lebih cepat dapat hasil daripada kedelai," ujar Uu saat ditemui di Rumah Dinas Wagub Jabar, Jalan Rancabentang, Bandung, Senin (4/2/2019).
Selain kedelai, Kang Uu pun menyebut, komoditas beras organik juga potensial untuk dikembangkan petani di Jawa Barat. Seperti halnya kedelai, jenis beras ini juga potensial diekspor.
Editor: redaktur