DIDADAMEDIA, Bandung - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berkomitmen meneliti dan mengembangkan bahan aktif dari organisme atau hewan laut seperti spons dan teripang, sebagai bahan antikanker serta sumber pangan untuk mencegah kanker.
"Organisme laut adalah sumber senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai kandidat agen antikanker," kata peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Ratih Pangestuti, Senin (4/2/2019).
Dia menuturkan Indonesia dengan keanekaragaman hayati laut yang melimpah, seperti spons laut, kelinci laut, tunikata, karang lunak, rumput laut hingga moluska yang dapat menjadi kandidat agen antikanker.
Meski beberapa organisme laut itu selama ini mungkin acap diacuhkan, bahkan terkesan menggelikan seperti teripang. Namun, ternyata memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan bahan antikanker dan sumber pangan untuk pencegahan kanker. Bahkan di beberapa negara memiliki harga jual yang cukup mahal.
Saat ini LIPI bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar untuk pengembangan bahan baku obat dari organisme laut. Ratih mengatakan konsep pangan untuk pencegahan penyakit kanker dimaksudkan sebagai pangan atau komponen makanan yang berfungsi untuk meningkatkan kondisi ketahanan tubuh dan mengurangi risiko terjangkitnya berbagai macam penyakit, termasuk kanker.
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan terdapat 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian yang terjadi pada 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan mengungkapkan prevalensi kanker meningkat dari 1,4% pada 2013 menjadi 1,8% pada 2018.
Ratih menuturkan 60% obat antikanker berasal dari alam dan empat obat antikanker komersial berasal dari laut. Ratih mengatakan sejumlah organisme laut yang berpotensi untuk bahan antikanker dan pencegahan kanker yang diteliti LIPI saat ini adalah spons laut, seperti jenis melophlus sarassinorum yang banyak berkembang biak di perairan Makassar.
Melophlus sarassinorum adalah mikroba yang berasosiasi dengan spons laut dan mikroba laut dalam, teripang, termasuk teripang pasir dan teripang emas, ikan dan alga. Saat ini LIPI mengoleksi 50 jenis teripang untuk melakukan identifikasi senyawa aktifnya dan aktivitas antikanker.
Selain sebagai bahan antikanker, fauna laut juga dapat menjadi sumber pangan untuk mencegah kanker, contohnya adalah makroalga atau rumput laut dan ikan. Ratih menuturkan senyawa antikanker potensial dari rumput laut antara lain klorofil, karotenoid, asam fenol, mycrosporine like amino acid (MAA), flavonoid, alkaloid, saponin, polisakarida tersulfasi.
Ratih menuturkan spons laut dan teripang memiliki potensi besar untuk pengobatan kanker, sementara alga dan ikan berpotensi untuk pencegahan kanker. Untuk pengobatan tersebut, bahan aktif itu bisa antara lain untuk membunuh sel kankernya atau mencegah metastasis kankernya. Spons laut dapat digunakan sebagai bahan antikanker untuk kanker leukimia, sementara teripang dapat digunakan sebagai bahan antikanker untuk kanker payudara dan kanker ovarium.
"Harga teripang emas di Hong Kong bisa sampai puluhan juta rupiah per kilogram dan Indonesia masih terbatas jadi eksportir saja dan produk teripang yang sudah jadi suplemen malah datang dari luar," tutur Ratih kepada Antara.
Sementara bahan aktif untuk pencegahan kanker dengan memanfaatkan organisme laut ditujukan untuk memadamkan radikal-radikal bebas dalam tubuh dan meningkatkan ketahanan tubuh. "Radikal bebas ini kalau terus menerus ada di dalam tubuh kan akan merusak makromolekul, seperti DNA, protein, lemak yang dapat memicu kanker," ujarnya.
Editor: redaktur