DIDADAMEDIA - Perkembangan teknologi biometrik saat ini semakin canggih sehingga sudah banyak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Di beberapa negara, pemanfaatan teknologi biometrik bahkan menjadi bagian integral dari layanan publik dan pemerintahan. Indonesia pun kini telah menerapkan verifikasi biometrik untuk mempermudah segala layanan publik berbasis online yang lebih cepat, aman, dan praktis, mulai dari e-KTP, pemeriksaan imigrasi, boarding Kereta Api, hingga verifikasi bantuan sosial. Samsu Sempena, Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Kementerian Koordinator Perekonomian, menjelaskan bahwa verifikasi identitas berbasis biometrik adalah aspek yang sangat penting bagi layanan publik, terlebih untuk memastikan apakah betul penerima bantuan dana APBN seperti Kartu Prakerja tepat sasaran. “Didukung teknologi liveness detection, kita memastikan bahwa orang yang difoto itu memang adalah orang sesungguhnya, jadi kalau dia kasih foto hasil cetak atau misalnya memakai topeng, nah itu tidak akan lolos dari pengecekan liveness. Kemudian face recognition akan mencocokkan foto dari wajah pendaftar itu kepada basis data centralized yang ada di Dukcapil,” ujar Samsu dalam seminar bertemakan Tiga Tahun Prakerja, Gebrakan Inovasi Pelayanan Publik belum lama ini. Samsu menambahkan kombinasi kedua metode verifikasi biometrik yakni liveness detection dan face recognition adalah bagian dari proses verifikasi identitas yang aman.
“Ini adalah mekanisme yang dilakukan di Prakerja untuk memperketat tahap verifikasi dan masih ada beberapa lagi tindakan verifikasi yang dilakukan sebetulnya. Tapi biometrik yang kita lihat paling efektif dan ampuh untuk melakukan pengamanan data ini.” Dalam panel diskusi yang sama, VIDA sebagai penyedia layanan identitas digital menyampaikan terdapat beberapa faktor untuk memastikan kelancaran teknologi biometrik wajah. Head of Product VIDA Ahmad Taufik menjelaskan faktor pertama yakni akurasi data, yang kini dapat ditunjang oleh teknologi kecerdasan buatan.
“Ketika face recognition itu dilakukan, platform harus memastikan bahwa yang bersangkutan lah yang melakukan proses onboarding. Di situlah kegunaan metode liveness detection. Terlebih dengan tren biometrik yang semakin advance karena telah banyak dikembangkan banyak orang, tingkat assurance level dari AI (Artificial Intelligence) menjadi penting karena teknologi itulah yang menggantikan proses verifikasi secara manual. AI akan memberikan skor, seberapa mirip wajah tersebut dengan pattern yang telah ditentukan ketika dibandingkan dengan biometrik wajah yang berada di pusat data kependudukan nasional,” ujarnya. Faktor kedua, jelas Taufik, yakni seberapa besar tingkat kepercayaan pihak yang melakukan verifikasi, dan bagaimana mereka dapat menjaga data pribadi, atau digital trust. (*)
Editor: redaktur