DIDADAMEDIA, Jakarta - Nilai tukar rupiah akan melemah dibayangi kekhawatiran batalnya perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.
"Isu Huawei dikhawatirkan membuat kesepakatan perdagangan antara AS-China yang akan dilangsungkan pada 30 Januari besok di Washington DC, bisa mengalami kebuntuan," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Pembahasan kesepakatan perdagangan AS-China kali ini untuk menentukan kelanjutan perang dagang antara AS-China yang dimulai sejak 1 Juli 2018 lalu dengan rencana pengenaan tambahan tarif impor menjadi 25 persen untuk impor barang-barang dari China senilai 200 miliar dolar AS.
Terkait isu Huawei, saat ini semakin melebar dengan tuduhan AS terkait pelanggaran perdagangan perusahaan itu dengan Iran yang terkena sanksi dari AS, pencurian rahasia perdagangan, dan pencurian teknologi dari T-Mobile AS. Tuduhan-tuduhan tersebut menjadi pengajuan perkara pada Pengadilan Tinggi di negara bagian Washington, AS.
Saat ini Chief of Financial Officer (CFO) Huawei sedang mengalami tuntutan hukum di pengadilan Vancouver, Kanada. AS meminta ekstradisi CFO tersebut ke AS.
"Kemungkinan nilai tukar rupiah akan melemah terbawa sentimen pelemahan dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS pagi ini, menuju kisaran antara Rp14.080 sampai Rp14.100 per dolar AS," kata Lana.
Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada pukul 10.28 Selasa pagi bergerak melemah 20 poin menjadi Rp14.092 dibanding posisi sebelumnya Rp14.072 per dolar AS.