DIDADAMEDIA, Bandung -- Beberapa waktu lalu, sebuah tragedi terjadi di Stadion Gelanggang Olah Raga (Gelora) Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung. Dua bobotoh, yakni Ahmad Solihin, warga Cibaduyut Kota Bandung, dan Sopiana Yusup, anggota Viking asal Bogor, tewas.
Keduanya tewas menjelang bergulirnya laga Babak Penyisihan Grup C Piala Presiden 2022 di Stadion Gelanggang Olah Raga (Gelora) Bandung Lautan Api (GBLA) antara Persib dan Persiebaya.
Dugaannya, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup tewas saat berdesakan. Kemungkinan besar, keduanya tewas karena terinjak.
Tewasnya Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup membuat para bobotoh bereaksi. Buktinya, pada Selasa (21/6/2022), ratusan bbotoh menggeruduk Graha Persib, Jalan Sulanjana Bandung.
Mereka berunjuk rasa di depan kantor PT Persib Bandugng Bermartabat (PBB). Mereka pun menuntut Panitia Pelaksana (Panpel) Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) atas tewasnya dua bobotoh tersebut.
"Kedatangan kami sudah jelas, mengajukan tuntutan, tidak ada negosiasi apa paun. Kami ingin ada pembenahan panpel. Kami pun PT PBB mengajukan permohonan maaf dalam waktu 1 x 24 jam," tandas Ruhana, perwakilan bobotoh.
Jika tidak ada jawaban, sahutnya, pihaknya siap berunjuk rasa secara lebih masif lagi.
Dia mengatakan, PT PBB harus mengakui kelalaiannya. Dia berpendapat, PT PBB dan panpel belum siap menggelar laga Perebaya versus Persib. Ruhana menyatakan, tragedi Stadion GBLA bukan musibah, melainkan kelalaian panpel.
Dia mengatakan, tragedi itu bukan musibah karena berdasarkan penrnyataan Komisaris PT PBB, Umuh Muchtar. Saat itu, mantan Manager Persib itu menilai bahwa tewasnya dua bobotoh tersebut merupakan sebuah musibah.
Editor: redaktur