DIDADAMEDIA, Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) siap mengembangkan aplikasi pendeteksi bencana angin puting beliung di Indonesia khususnya Jawa Barat. Bahkan sistem ini mampu memprediksi hingga tiga hari ke depan.
Sistem ini tersebut akan memodifikasi aplikasi sebelumnya yaitu Hidrometeorological Hazard Early Warning System (H-HEWS) yang berguna untuk mendeteksi badai di Arab Saudi.
Aplikasi ciptaan Dosen Fakultas Meteorologi dan peneliti senior, Dr Armi Susandi dan timnya tersebut mendapat apresiasi dari pemerintah Arab Saudi dalam Festival Janadriyah Ke-33 di Riyadh, Arab Saudi belum lama ini.
Tentunya inovasi itu dapat menjawab keinginan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang mencari teknologi pendeteksi angin puting beliung. Hal itu Emil sampaikan ketika meninjau korban bencana angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu.
Dosen Fakultas Meteorologi dan peneliti senior, Dr Armi Susandi menuturkan, nantinya sistem pendeteksi badai ini akan lebih kompleks dan menggunakan parameter yang lebih banyak ketimbang untuk badai.
Pasalnya, untuk memprediksi angin puting beliung perlu ketepatan dan ketelitian tinggi mengingat jangkauannya juga sempit.
"Parameter untuk puting beliung akan lebih banyak karena bukan soal angin, tapi juga penyebab lainnya yang perlu kita kembangkan, misalnya perbedaan tekanan permukaan ketinggian lalu kejadian awan cumulonimbus," ujar Armi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (17/1/2019).
Armi mengklaim, tingkat keberhasilan prediksinya bisa sampai 85 persen dan diperbarui setiap satu jam sekali. Bahkan hanya butuh waktu satu bulan untuk membangunnya.
Dia mengatakan, timnya sudah memiliki data topografi di Indonesia sehingga akan lebih mudah dalam proses pengerjaannya. Sedangkan hal yang cukup rumit dikerjakan adalah membangun algoritma dan persamaan matematika aplikasi tersebut.
"Kalau biasanya untuk badai hanya menggunakan seperempat kekuatan komputer tetapi untuk puting beliung harus satu kekuatan penuh," jelasnya.
Dibandingkan dengan H-HEWS yang diaplikasikan di Arab Saudi dengan kondisi dataran luas dan berpasir, maka sistem untuk angin puting beliung ini akan lebih rumit.
Pasalnya melihat kondisi di Indonesia dengan banyak lautan, daratan, gunung hingga lembah akan lebih sulit diprediksi.
"Tapi kita bisa membuat dengan aplikasi yang hampir sama walaupun tidak sama persis dengan yang di padang pasir," tambahnya.
Lebih lanjut Amri menjelaskan, aplikasi yang dia buat akan mudah digabungkan dengan aplikasi milik Pemprov Jawa Barat. Sebab inovasi milik Amri berbentuk data digital dan akan berjalan secara otomatis jika sudah terkoneksi.
Disinggung komunikasi dari Pemprov Jabar untuk mengembangkan aplikasinya, Amri mengakui belum pernah ada obrolan. Tetapi dia siap jika diminta untuk bekerjasama.
Dia pun saat ini menunggu itikad dari pemerintah untuk mengajak timnya dalam pengembangan aplikasi pendeteksi angin puting beliung ini. "Kita tidak punya kepentingan apa-apa, tapi kita sudah siapkan platformnya, tinggal digabung dengan apapun karena digital," tandasnya.