Puting Beliung, Dua Menit yang Mencekam bagi Listiyani

puting-beliung-dua-menit-yang-mencekam-bagi-listiyani Listiyani dan Budi Abuy suaminya. (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Bandung - Listiyani (38) panik bukan kepalang. Angin puting beliung tiba-tiba menerjang rumahnya. Tak ada satu barang pun yang dia selamatkan. Satu yang dipikirkan dalam benaknya hanya upaya menyelamatkan diri. 

Listiyani menjadi salah satu korban terjangan angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jumat (11/1/2019) sore sekitar pukul 15.00 WIB. Dia tinggal di Kompleks Rancaekek Permai 2 Blok C16, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek.

Saat itu langit yang cerah, tiba-tiba berubah gelap mencekam. Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh dari arah selatan. Angin besar yang pertama datang tidak begitu membuatnya khawatir.

Namun tak berselang lama, angin lebih besar datang kembali hingga memporak-porandakan seisi rumahnya. Habis sudah rumah yang dia tinggali bersama suami dan kedua anaknya itu, bahkan atapnya pun tak tersisa.

"Kondisi lagi di rumah pas liat keluar ada gumpalan awan yang tebal memanjang, langsung lari minta perlindungan ke tempat aman. Angin yang pertama lewat dan angin yang kedua yang besar," ujar Listiyani saat ditemui di posko pengungsian, Senin (14/1/2019).

Hanya butuh waktu dua menit saja angin puting beliung menyapu seisi rumahnya tanpa sisa. Barang-barang elektronik, baju, bahkan hingga lemari pakaian sempat terangkat oleh angin kemudian terjatuh kembali dan hancur.

Rasa trauma masih membekas dalam dirinya hingga sekarang. Ketakutan saat hujan besar datang masih dirasakannya hingga hari ketiga pascabencana ini. "Nggak tau itu angin tingginya berapa, mungkin puluhan meter," sambungnya.

Saat kejadian Listiyani sedang bersama dua anaknya. Yang pertama sudah duduk di bangku kelas tiga SMP, sedangkan si bungsu masih digendongnya. 

Anak pertamanya berusaha menyelamatkan diri dengan berlari ke luar, namun kakinya terluka karena hantaman material yang terbawa angin. Bersyukur, dia sudah dibawa ke RS AMC Cileunyi dan mendapat 10 jahitan. "Kami butuh bahan-bahan material suaya bisa tidur lagi di rumah. Baju-baju juga ngga punya," kata Listiyani.

Budi Abuy (40), suami Listiyani, menceritakan hal serupa. Budi saat itu tengah bekerja dan kaget ketika mendapat kabar rumahnya hancur diamuk angin puting beliung.

Saat itu juga dia langsung menghubungi BPBD Kabupaten Bandung terkait kejadian, dan bergegas pulang ke rumah. "Saya lagi kerja, saya panik pas lihat video (angin puting beliung), saya telepon langsung BPBD terus langsung pulang," katanya.

Sesampainya di rumah, Budi hanya bisa pasrah melihat rumahnya habis diterjang angin. Untuk sementara dia dan keluarga menetap di rumah saudara yang juga menjadi korban tapi tidak terlalu parah.


Salah satu rumah warga korban puting beliung di Rancaekek. (Foto: Rizky Perdana/DIDADAMEDIA)

Tak hanya itu, Budi juga mendengar cerita dari korban-korban lainnya yang terluka akibat terkena hantaman genting,  patahan kayu, hingga sempat terbawa terbang oleh angin. "Putaran angin luar biasa, sampai ada satu rumah kayu depannya ngga tau kemana," tuturnya.

Berdasarkan pengalaman, kejadian angin puting beliung pernah terjadi juga tahun 2011 tapi tidak sebesar seperti sekarang. Budi juga berterima kasih kepada tim TNI-POLRI dan BPBD yang sudah hadir dan membantu langsung warga. "Terima kasih kepada TNI, Polri, BPBD sangat menyentuh kita, langsung aksi ke lokasi bencana," tandasnya.


Editor: redaktur

Komentar