DIDADAMEDIA, Bandung - Balai Besar Penelitian Padi meyakini produksi padi pada 2019 ini, bakal surplus. Ada tiga faktor penentu yang bisa membuat produksi padi melimpah.
Kepala Balai Besar Penelitian Padi, Priatna Sasmita menuturkan, ketiga hal itu meliputi faktor genetik, lingkungan, dan interaksi faktor genetik dengan lingkungan.
Menurutnya, upaya peningkatan produksi dari aspek genetik saat ini hampir sebagian besar telah dilakukan petani di Indonesia, melalui penggunaan berbagai varietas unggul potensi hasil tinggi yang telah teruji di masing-masing sentra.
"Serta dengan melakukan pengelolaan lingkungan melalui perbaikan berbagai teknologi budidaya dan adaptasi spesifik lokasi (menginteraksikan kedua faktor varietas dan lingkungan)," ujar Priatna berdasarkan rilis yang diterima, Sabtu (12/1/2019).
Namun Priatna menilai, masih ada faktor lingkungan yang sulit dikontrol manusia khususnya iklim. Hal tersebut berkaitan dengan curah hujan, intensitas cahaya, temperatur dan kelembaban yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Khususnya fase generative yang dibutuhkan untuk akumulasi fotosintat optimal pada proses pengisian bulir gabah.
"Kondisi lingkungan ideal untuk fase pertumbuhan generative padi secara umum meliputi Intensitas (kualitas) cahaya tinggi, temperatur relatif tinggi, serta kelembaban dan curah hujan rendah yang biasanya terjadi mulai bulan Maret-April," jelasnya.
Selain efek fisiologis yang kondusif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, kondisi di atas secara tidak langsung juga dapat mengurangi perkembangan populasi hama dan penyakit tanaman di lapang.
Karenanya, prediksi pergeseran waktu tanam padi pada periode Oktober 2018 hingga Maret 2019 ke Januari 2019, dinilai cukup beralasan berimplikasi kondusif terhadap peningkatan produktivitas tanaman padi secara signifikan.
Editor: redaktur