DIDADAMEDIA, Sukabumi - Namanya Dika. Usianya masih sekitar 11 tahunan. Layaknya anak belasan tahun, Dika masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Namun takdir berkata lain. Longsor merenggut nyawa kedua orang tua dan kakaknya.
Saat menjalani program Trauma Healing, Dika berkisah. Sore itu, Senin (31/12/2018), di Kampung Garehong Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Dika baru selesai mandi. Dia bersiap pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Magrib.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Dika berlari ke masjid dengan hati senang. Namun ada satu hal yang terlupakan. Peci hitam pemberian sang ibu yang tak pernah dia tinggalkan sekali pun.
Belum sampai ke masjid, dia pun akhirnya kembali berlari ke arah rumah yang berada di atas bukit. Jalannya yang kecil serta berkelok tak mematahkan langkahnya untuk terus berlari.
Kurang lebih 30 menit, Dika tiba di depan rumahnya. Setengah merengek, Dika meminta sang ibu mencarikannya kopiah hitam miliknya. Tak lama, sang ibu memberikan kopiah tersebut.
"Waktu itu ibu saya berpesan 'Jaga baik-baik ya, jangan pernah lepas dan semangat terus ibadahnya'," kata Dika mengingat pesan dari sang ibu.
Dika pun membalas senyuman sang ibu sambil berjanji tidak akan menghilangkan kopiah tersebut. Dia mencium tangannya ibu lalu berpamitan ke masjid.
Takdir berkata lain. Setelah menunaikan Salat Magrib, dia menerima kabar tanah longsor di daerah rumahnya. "Aku langsung pulang lagi bareng warga ke sana dan diliat ibu udah gak selamat," ujarnya sambil mencoba tetap tersenyum tegar. Selain ibu, ayah dan kakaknya juga ikut tertimbun tanah longsor.
Kini, Dika tinggal bersama pamannya. Dia berusaha bangkit dan ingin menyelesaikan sekolah. "Saya hanya ingin melanjutkan sekolah dan mewujudkan keinginan orang tua menjadi orang sukses," kata Dika.