Menilik Nilai Kepedulian Warga Kampung Adat Korban Longsor

menilik-nilai-kepedulian-warga-kampung-adat-korban-longsor Hasil panen warga Cisolok Sukabumi. (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Sukabumi - Tradisi saling tolong-menolong sesama warga Kampung Adat Kasepuhan Sirnaresmi di lokasi longsor Cisolok memiliki cerita tersendiri. 

Seperti diketahui, bencana longsor di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi yang terjadi di pengujung tahun 2018 menimbun 30 rumah. 

Biasanya, para korban selamat ditampung di posko bencana karena rumah mereka hancur. Namun kali ini berbeda. Mereka tinggal di rumah-rumah tetangga dan saudaranya.

Ketua Adat Kasepuhan Sirnaresmi Abah Asep Nugraha mengatakan, nilai-nilai kearifan lokal masih sangat kental di Kasepuhan Sirnaresmi ini. Kondisi itu membuat mereka saling peduli.

"Untuk sementara ini warga terdampak yang selamat dari longsor, tidak di posko pengungsian, tapi karena kekerabatan persaudaraan jadi selama ini ditampung oleh saudara yang lain," kata Abah Asep, Selasa (8/1/2019).

Dia menuturkan, bentuk kepedulian ini tidak hanya dilakukan oleh warga yang berada satu kampung saja. Namun kampung-kampung sebelahnya juga ikut membantu para korban selamat. "Di Sirnaresmi ada di kampung sebelahnya, di situ juga banyak jadi nilai-nilai kearifan lokal tradisi yang masih dijalankan," ucapnya.

Terkait relokasi rumah-rumah warga terdampak, Abah Asep mengakui sudah menerima banyak tawaran dari pemerintah. Di antaranya dari bupati Sukabumi, gubernur Jawa Barat hingga menteri sosial dan PUPR.

Namun Abah Asep menilai, relokasi ini harus dipertimbangkan matang-matang. Sebab tak hanya menyangkut persoalan rumah, tetapi juga lahan pertanian, leuit atau bangunan lumbung padi, dan hewan-hewan ternak.

Dia menceritakan, dalam sebuah kampung adat seperti Kasepuhan Sirnaresmi setiap rumah wajib memiliki satu leuit sebagai upaya ketahanan pangan. Namun banyak juga satu Kepala Keluarga (KK) bisa punya dua hingga tiga leuit.

Kepemilikan leuit di setiap rumah juga punya makna lain. Menurutnya, ada sebuah kepercayaan tingkat kesuburan dan kemakmuran warga diukur dari banyak leuit.

"Jadi rumahnya, tempat pertaniannya, juga ternaknya, leuit harus direlokasi, karena kewajiban setiap rumah harus punya satu leuit. Jadi tempat lumbung padi harus ada, dan yang kemarin di tempat longsor itu yang kena 30 rumah ada sekitar 60 lumbung padi," tandasnya. 


Editor: redaktur

Komentar