Pascabencana Longsor, Warga Gotong Royong Kumpulkan Hasil Panen

pascabencana-longsor-warga-gotong-royong-kumpulkan-hasil-panen Warga Cisolok Sukabumi gotong royong mengumpulkan hasil panen. (Rizky Perdana/PINDAINEWS)
DIDADAMEDIA, Sukabumi - Masa tanggap darurat bencana tanah longsor yang menerjang Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi sudah dinyatakan berakhir, Minggu (6/1/2019). 

Longsor di pengujung tahun 2018 ini menimbun 30 rumah dan mengakibatkan 32 jiwa meninggal dunia, dan satu dinyatakan hilang. Kini, warga mulai bangkit. Mereka beraktivitas seperti biasa. 

Pantauan di lokasi, hari ini warga mulai mengumpulkan ikat-ikat padi yang biasa mereka simpan di leuit atau sebuah bangunan kecil tempat penyimpanan hasil bumi seperti padi. 

Ikat padi tersebut sebagian besar ikut tertimbun material longsor, namun sebagian lainnya ada yang bisa diambil, kemudian dicuci terlebih dahulu baru dijemur.

Warga yang tidak terdampak bencana juga ikut mengumpulkan ikat padi mereka, agar bisa dibagikan kepada korban longsor. Menyimpan padi dalam leuit adalah tradisi urun temurun warga kampung adat sebagai bentuk upaya ketahanan pangan.

Ikat-ikat padi yang kekuningan ini dikumpulkan di sebuah lapang, lalu dijemur sebelum nanti diolah menjadi nasi. Berkarung-karung ikat padi pun terlihat menumpuk di tenda pengungsian sementara.

"Padi dikumpulin, yang bagus kita ambilin, yang basah atau kotor nanti dijemur lagi," ujar Mimin (38), seorang warga saat ditemui di lokasi longsor, Selasa (8/1/2019).

Mimin menjelaskan, warga baru hari ini bisa mencari ikat padi karena hari-hari sebelumnya banyak Tim SAR dan relawan yang berjuang mencari korban di titik longsor.

Mimin bersama warga lainnya bergotong-royong sejak pagi untuk mencari dan mengumpulkan ikat padi. Menurut dia, kegiatan ini akan terus dilakukan setiap hari. "Kegiatan dari pagi jam 7, kalau belum selesai tiap hari terus begini, karena ini jugs untuk dibagikan ke warga longsor," terangnya.

Ketua Adat Kasepuhan Sirnaresmi Abah Asep Nugraha menuturkan, setiap rumah pasti memiliki satu leuit, bahkan ada yang sampai dua atau tiga leuit. Jika dihitung dari 30 rumah terdampak, minimal ada 30 leuit yang terkena longsor. "Itu bisa sampai ada 60 leuit, jadi ukuran kesuburan kemakmuran warga itu dihitung dari banyak leuitnya," katanya.

Masa tanggap darurat bencana longsor Cisolok dinyatakan berakhir, dari 33 korban yang dilaporkan tertimbun tanah, hanya satu yang belum berhasil ditemukan. Keluarga korban pun sudah merelakan jika anggota keluarga mereka tidak dapat ditemukan jasadnya.


Editor: redaktur

Komentar