DIDADAMEDIA, Palangka Raya - Titi Wati pasrah. Setiap hari, dia hanya bisa tengkurap di tempat tidur. Wanita 37 tahun ini sulit bergerak. Berat badannya saat ini mencapai sekitar 350 Kg.
Titi adalah warga Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Tujuh tahun terakhir, berat badannya meningkat tajam. Dia pun meminta perhatian pemerintah daerah untuk membantu mengobati kelebihan berat badan yang dideritanya.
"Saya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada saya untuk pengobatan menurunkan berat badan yang sudah mencapai sekitar 350 kilogram lebih," kata Titi Wati sambil tengkurap di tempat tidur rumah kontrakannya, Minggu (7/1/2019).
Diperkirakan, Titi merupakan wanita tergemuk di Kalimantan Tengah. Berbagai cara sudah dilakukan untuk menyembuhkan obesitas atau kelebihan berat badan yang dideritanya.
Sebut saja mengonsumsi minuman herbal penurun berat badan. Cara itu diakuinya menunjukkan hasil karena berat badannya sempat berkurang. Namun, karena harga minuman herbal itu makin mahal, Titi tidak sanggup lagi membelinya. Akhirnya, pola makan kembali membuat berat badannya naik lagi.
"Setelah tidak mampu membeli minuman herbal penurun berat badan itu, sayapun menjalani aktivitas saya seperti orang normal. Makan dan minumpun juga tidak terkontrol lagi, sehingga berat badan saya yang saat itu sempat 167 kilogram, kini menjadi 350 kilogram lebih," katanya.
Ibu satu anak itu mengaku memang suka makan camilan setiap harinya. Bahkan minuman es dan makanan gorengan, tidak luput jadi santapannya setiap hari.
Kini Titi berjuang dengan mengurangi porsi makan camilan karena khawatir badannya terus membesar seiring berat badannya yang terus naik. Bahkan Wati saat ini, dia sama sekali tidak bisa berdiri. Kedua kakinya tidak mampu untuk menahan berat badannya yang kian membesar setiap harinya.
"Setiap kali bangun tidur bagian kaki saya selalu sakit seperti keram, kemudian badan terasa sakit semua," ucap perempuan yang memiliki hobi bernyanyi tersebut.
Titi mengaku tidak pernah melakukan pengobatan atau memeriksa kondisi kesehatannya ke dokter dan rumah sakit. Sementara Edi (52) sang suami, meminta Titi mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan.
"Kata suami saya, ambil hikmahnya saja dan syukuri keadaan yang sudah diberikan Tuhan. Mau bagaimana lagi kami berbuat kalau ini sudah nasib dari keluarga kami," beber Wati menirukan perkataan suaminya yang bekerja sebagai pencari kayu hutan.
Sementara Herlina (19), putri semata wayang Titi berharap pemberitaan di media massa mengenai keadaan ibunya bisa menggugah perhatian pemerintah setempat serta para dermawan untuk bisa mengulurkan tangannya menyembuhkan penyakit yang diderita ibunya.
"Besar harapan kami agar ibu saya mendapatkan uluran tangan dari para dermawan serta pemerintah untuk membantu pengobatan. Kami pasrah dan apa boleh buat dengan kondisi perekonomian kami yang tidak mampu untuk melakukan pengobatan ibu agar bisa kembali normal seperti sediakala," ujarnya.