DIDADAMEDIA, Bandung- Menjadi seorang tenaga kerja di luar negeri (TKI), tidak selamanya harus mengalami kekangan dari atasan atau majikan. Buktinya, di kota ini TKI bebas melakukan aktivitas di akhir pekan dengan pergi ke kelab malam. Bukan hanya TKI, tenaga kerja dari beberapa negara Asia Tenggara pun bisa merasakan kebebasan yang sama.
Adalah London, kota yang menjanjikan hiburan menyenangkan bagi para tenaga kerja asing di sana. Setiap akhir pekan, para TKI bisa menikmati kelab malam di dekat pusat perbelanjaan Westfield, London. Dilansir dari BBC, para pekerja domestik dari Indonesia dan Filipina bisa menikmati kelab dengan berjoget dengan iringan musik disko.
Menurut mereka, clubbing atau pergi ke kelab malam, penting setelah sepekan penuh membersihkan rumah, menyeterika, memasak dan berbelanja untuk satu keluarga dengan dua anak dan dua pengasuh mereka.
"Lima hari kerja, kadang kalau weekend aku pergi clubbing. Kadang-kadang orang pikirannya jelek, kalau clubbing itu tak bagus, cari cowok. Padahal tidak. Di situ enak, aku cuma dancing (menari) kayak modelnya olahraga," ujar salah seorang TKI, Yati.
Dengan tiket masuk £5 (sekitar Rp95.000) untuk anggota kelab malam, kondisi ekonomi serta kondisi sosial di ibu kota Inggris mendukung untuk melakukan aktivitas malam seperti itu.
Yati sendiri merupakan contoh salah seorang tenaga kerja perempuan muda yang secara finansial mandiri di negeri orang dan mampu menopang keluarga di kampungnya. Selain ke kelab malam, pekerja domestik Indonesia juga menggelar arisan atau merayakan hari besar, seperti Hari Kartini di Kedutaan Besar Repubik Indonesia London.
Menurut ketua INDUK, organisasi tenaga kerja Indonesia yang bernaung di KBRI London, kata Tuti Hatmawati, apapun gaya hidupnya, harus ada prinsip yang dipertahankan.
"Kalau masalah kebebasan hidup, masing-masing punya pilihan hidup. Saya suka dengan tradisi orang sini yang bebas tapi tetap ada aturan karena kita, walau bagaimanapun, tetap orang Indonesia yang punya tatakrama, punya moralitas. Justru bagaimana kita menjadi orang Indonesia yang bisa bersosialisasi di sini dengan siapa pun tanpa harus meninggalkan jati diri kita," ujarnya.
Editor: redaktur