Sejak 2015, Tren Laju Inflasi Relatif Rendah

sejak-2015-tren-laju-inflasi-relatif-rendah Ilustrasi. (Foto: Net)
DIDADAMEDIA, Bandung - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, tren tingkat inflasi sejak 2015 relatif rendah di mana laju inflasi dapat ditekan di bawah 3,5%.

"Empat tahun belakangan, inflasi di bawah 3,5%. Kalau saya lihat memang karena kinerjanya bagus, pemerintah betul-betul berupaya. Karena jika inflasi tinggi, berapapun kenaikan pendapatan menjadi percuma karena akan menurunkan daya beli," ujar pria yang akrab dipanggil Kecuk itu saat jumpa pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (2/1/2018).

Berdasarkan catatan BPS sewindu terakhir, pada 2011 inflasi mencapai 3,79% lalu meningkat pada 2012 menjadi 4,3%. Pada 2013 dan 2014, inflasi naik cukup tajam menjadi masing-masing 8,38% dan 8,36%.

Namun, pada 2015 inflasi dapat ditekan di level 3,35%, lalu menurun setahun setelahnya menjadi 3,02%. Pada 2017, inflasi sempat naik menjadi 3,61% lalu pada 2018 kembali turun menjadi 3,13%.

"Jadi memang sudah diset bahwa inflasinya dengan berbagai cara, berbagai kebijakan, coba ditekan di bawah 3,5%. Kalau sampai tinggi ya akan berpengaruh terhadap daya beli seluruh lapisan konsumen," ujar Kecuk.

Untuk 2018 sendiri, BPS merilis 20 komoditas yang dominan memberikan andil inflasi antara lain bensin sebesar 0,26%, beras dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,13%, daging ayam ras sebesar 0,12%, ikan segar dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,1%, tarif sewa rumah sebesar 0,09%, bawang merah, nasi dengan lauk, rokok kretek, upah tukang bukan mandor, dan upah pembantu rumah tangga masing-masing sebesar 0,07%.

Selanjutnya, mi, tarif kontrak rumah, emas perhiasan, dan tarif pulsa ponsel masing-masing sebesar 0,06%, uang sekolah SD sebesar 0,05%, jeruk dan rokok putih masing-masing sebesar 0,04%, dan uang kuliah Akademi/PT sebesar 0,03% "Beras itu perlu kita jaga di Oktober, November, Desember. Daging ayam ras juga, seiring setiap kali ada momem besar Lebaran, Natal, Tahun Baru, puasa, selalu mengalami kenaikan.

"Di sana saya tidak melihat ada pola yang baru dan sebetulnya bisa kita duga di momen-momen tertentu komoditas makanan tertentu akan naik. Jadi sekarang bagaimana kuncinya ketersediaan dan distribusi menjadi lancar," ujar Kecuk.
Editor: redaktur

Komentar