DIDADAMEDIA, Bandung - Sejumlah perupa yang tergabung dalam Komunitas 22 Ibu menggelar pameran bertajuk Reimagining the myth story of Indonesia. Mengangkat tema khazanah nusantara, sedikitnya 56 karya dipamerkan di Gedung Graha Surya Priangan, Jalan Nana Rohana, Kota Bandung.
Ketua Pelaksana Arleti Apin mengatakan, kegiatan tersebut merupakan rangkaian ulang tahun Komunitas 22 Ibu yang jatuh pada 22 Desember lalu. Ada 11 tema karya lukis yang dipamerkan di antaranya bercerita tentang legenda Jaka Tingkir, Jaka Tarub, asal usul Danau Toba, Desa Beringin di Cirebon, Sangkuriang, Nyi Loro Kidul dan Burung Enggang di Kalimantan.
"Semua karya merupakan hasil anggota komunitas dan sebagian pernah dipamerkan di museum Basoeki Abdullah, Jakarta," ujar Arleti saat ditemui disela-sela kegiatan, Jumat (28/12/2018).
Arleti melanjutkan, karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan media Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer."Karya ini dinilai lebih mudah dan gampang serta ramah lingkungan," jelasnya.
Menurut Arleti, pameran kali ini memang berbeda dari pameran tahun sebelumnya. Ada banyak karya yang ditampilakan bahkan mengandung nilai filosofis cerita atau legenda nusantara sebagai pembelajaran bagi generasi penerus bangsa.
Pun demikian dengan proses pembuatan yang terbilang cepat karena selama satu tahun terakhir banyak karya yang dihasilkan untuk lima kali pameran.
"Pameran sekarang kebanyakan 1 tema dikerjakan 5-6 orang dan ukurannya kurang lebih lebar 40 sentimeter dan panjang 120 sentimeter. Andai pun ada pengungunjung yang berminat bisa langsung membeli dengan harga terjangkau," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Inisiator Komunitas 22 Ibu, Ariesa Pandanwangi menambahkan, Bandung sebagai kota kreatif menjadi akses bagi Komunitas 22 Ibu yang tercetus sejak April 2013, sebagai salah satu penggerak sekaligus memperkuat infrastruktur berkesenain di kota kembang.
"Kami ingin melalui pameran ini ada pesan yang bisa disampaikan kepada masyarakat secara luas karena kami tidak hanya bergerak di bidang pameran saja, tapi memberi knowledge berupa workshop gratis di kota-kota di Indonesia," paparnya.
Menurut Ariesa, dalam acara ini pihaknya ingin menonjolkan komitmen dan fokus terhadap pengembangan dunia pendidikan. Hal itu didasari banyaknya anggota Komunitas 22 Ibu yang berprofesi sebagai tenaga pengajar seperti dosen dan guru.
"Hampir 90 persen kebanyakan pengajar mulai dari TK hingga perguruan tinggi dan berlatar belakang pendidikan seni rupa, jadi wajar jika tahun ini kami ingin fokus mengangkat pendidikan, khususnya pendidikan karakter," imbuhnya.
Ariesa juga mengatakan, pameran berlangsung sejak 22 Desember 2018 hingga 10 Januari 2019. Dalam acara itu juga akan ada workshop dan peluncuran sebuah buku.
"Dari 22 Desember hingga 10 januari 2019, kita sudh bagi, setiap guru bisa membawa siswanya udntuk datang karena banyk nilai positif dalam sebuah karya yang ditampilkan untuk penguatan karakter," pungkasnya.
Editor: redaktur