DIDADAMEDIA, Bandung - Masifnya produksi kerajinan dan mebel dari tanaman Bambu membuat kelestarian tanaman berbuku ini terancam. Pasalnya, pemanfaatan Bambu tidak diimbangi dengan penanaman kembali.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mencanangkan Program Baju Baja (Bambu Juara Bambu Jawa Barat) pada Januari 2019. Melibatkan 100 desa untuk melakukan penanaman, pelatihan warga hingga pengelolaan bambu agar tetap hidup di Jawa Barat.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menuturkan, potensi tanaman Bambu di Jabar sangat luar biasa. Sebab didukung oleh kondisi geografis dan curah hujan tinggi yang membuat Bambu mudah tumbuh.
"Potensi bambu di Jabar luar biasa, Jabar juga curah hujan tinggi, tumbuh bambu sangat hebat, dan daerahbanyak lekukan atau gawir, maka dari itu potensi besar ini harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat terutama perdesaan," ujar Uu di Gedung Sate, Bandung, Kamis (27/12/2018).
Uu mengatakan, Pemprov Jawa Barat menggandeng LSM Hijau Lestari Indonesia yang siap memberikan pelatihan kepada 100 desa tersebut guna memberi pemahaman cara pemandangan bambu yang baik tanpa merusak ekosistem.
"Saya sangat dukung, karena sesuai progres kami Jabar Juara Lahir Batin di dalamnya ada program Satu Desa Satu Produk dan sebenarnya ini sudah menyambung dengan program kementerian, jadi bak gayung bersambut," tegasnya.
Kepala Divisi Pembinaan dan Perencanaan Hijau Lestari Indonesia Oki Hikmawan mengatakan, dari 56 jenis Bambu di Jawa Barat kini hanya ditemukan 36 jenis. Menurutnya, hal ini terjadi karena banyak pihak memproduksi Bambu tanpa melakukan penanaman kembali.
"Satu ekosistem hilang, dari 56 jenis Bambu di Jabar, kami hanya temukan 36 di lapangan. Bagaimana dengan Bambu Tutul, Bambu Duri yang mulai hilang, Bambu Ater asli Subang yang hampir punah?," ucapnya.
Oleh karena itu, dia memiliki gagasan untuk membudidayakan Bambu, salahsatunya membuat perpustakaan Bambu Hidup yang sudah dijembatani lebih dahulu bersama Dinas Lingkungan Hidup Jabar.
Selain itu, pihaknya juga ingin meningkatkan nilai jual Bambu, sebab harga satu batang Bambu hanya Rp12 ribu. Padahal minat pemanfaatan Bambu sangat tinggi, terutama ekspor ke Jepang.
"Kami sedih sebab harga Bambu hanya Rp12 ribu, kemudian hihid Rp5 ribu, boboko Rp12 ribu, tapi ternyata dari manfaat bambu itu bisa disebut mahal. Jepang sudah membutuhkan untuk flooring dan walling dari Bambu," tambahnya.
Oki mengakui, pihaknya siap bersinergi dengan Pemprov Jawa Barat terkait budidaya dan pelestarian tanaman Bambu. "Jadi bukan hanya sekedar pengelolaan saja, tapi juga pelatihan bagaimana melatih pemuda desa untuk kreatif dan bangun wirausaha di desa," jelasnya.
Editor: redaktur