DIDADAMEDIA, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung mengungkap hasil analisis penyebab tsunami yang terjadi di Selat Sunda dan menerjang wilayah Banten serta pesisir Lampung.
Berdasarkan analisis PVMBG disebabkan longsoran reruntuhan material Gunung Anak Krakatau yang memicu terjadinya gelombang tsunami hingga menerjang pesisir pantai di Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan.
"Analisis penyebab tsunami, kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material Gunung Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor selatan dan barat daya," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG, Sri Hidayati, melalui rilis yang diterima wartawan, Senin (24/12/2018).
"Masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berperan," tambahnya.
Menurutnya, tsunami di Selat Sunda termasuk kasus 'spesial' dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian partial collapsepada suatu gunung api.
"Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar Gunung Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan," katanya.
Sementara itu, dari data yang dihimpun berdasarkan data sementara yang dihimpun BNPB, hingga Minggu (23/12/2018) malam, korban meninggal akibat tsunami berjumlah 222 orang, 843 orang luka-luka dan 28 orang dikabarkan hilang.
Tsunami juga merusak bangunan serta rumah warga di Kab. Pandeglang dan Kabupaten Lampung Selatan. Setidaknya 556 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat dan 60 warung hancur diakibatkan terjangan tsunami.
Editor: redaktur