DIDADAMEDIA, Bandung - Sebanyak 2.700 balita di 15 kelurahan di Kota Bandung rawan stunting. Untuk itu Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kian gencar menggelar program pencegahan, salah satunya lewat program Bandung Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan Sehat (Tanginas).
Dalam launching program Bandung Tanginas yang digelar di Kantor Kecamatan Ujungberung, Wali Kota Bandung, Oded, M. Danial mengatakan, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting.
"Kenapa namanya Program Tanginas, kesatu maknanya semangat, kedua Tanginas yakni tanggap stunting dengan pangan aman dan sehat," paparnya usai launching Bandung Tanginas di Kecamatan Ujungberung, Selasa (8/9/2020).
"Mang Oded ingin menyampaikan apresiasi kepada semua stek holder dan masyarakat Bandung untuk mendukung penuh program tersebut. Salah satunya dengan cara berkolaborasi antara masyarakat dari SKPD terkait seperti Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas Kesehatan semua berkolobarsi mendorong konsumsi makanan bergizi," paparnya.
Oded menyampaikan, makanan bergizi tidak harus mahal, misalnya gizi dari sayuran dan telor. "Mudah-mudahan ada Bandung Tanginas dapat menekan angka stunting di Bandung," tegasnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandung, Siti Muntamah atau Ummi mengungkapkan tingkat kerawanan kasus stunting di Kota Bandung mencapai 25,03 persen atau ada sekitar 8.121 dan 2.700 di antaranya balita.
"Sementara untuk 11 kecamatan yang rawan stunting di antaranya Kecamatan Kiaracondong, Ujungberung dan Babakan Ciparay. Untuk itu kita masif tekan angka stunting di 11 kecamatan tersebut yakni ada 15 kelurahan," tutur Ummi.
Menurutnya, kasus stunting terjadi karena berbagai faktor. Pertama ekonomi, kemudian kurangnya edukasi dan juga gizi buruk. Karena itu pihaknya terus lakukan sosialisasi langsung kewilayah.
"Banyak juga stunting itu batuta (bayi dibawah dua tahun), yang jelas secara intensif kita terus lakukan sosialisasi dan bantuan pangan ke wilayah," tandasnya.