DIDADAMEDIA, Bandung - Kehidupan Atlet di Indonesia belumlah bisa dikatakan sejahtera, bahkan untuk sebagian atlet daerah banyak yang masih berada di bawah hidup sejahtera (pra-sejahtera).
Banyak indikator yang akhirnya memang dunia olahraga Indonesia susah untuk bangkit, dan hal tersebut dibuktikan dengan pencapain olahraga Indonesia pada ajang/event olah raga internasional secara keseluruhan.
Penanganan atlet olahraga baik secara struktur maupun infrastruktur boleh dikatakan sangat minim, bahkan dana bantuan untuk cabor dan atlet yang seharusnya menjadi hak mereka pun kadang terabaikan, seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Hampir seluruh atlet dan para pengurus cabang olahraga (Cabor) yaitu 56 cabor dan kurang lebih sekitar 1200 atlet yang ada hingga saat ini mempertanyakan nasib dana bantuan yang seharusnya mereka terima dari KONI KBB.
Salah satu ketua Cabang Olahraga Gantole KBB, Dadang Kardus, menyatakan kepada DIDADAMEDIA.COM bahwa cabor yang di bawah kepengurusannya berikut dengan atletnya belum sepenuhnya menerima hak uang pembinaan atlet yang seharusnya mereka terima sebesar Rp500.000 per atlet/bulan dan Rp40.000.000, pertahun.
“Akibat dari belum turunnya dana pembinaan untuk para atlet ini di hampir semua cabang olahraga yang ada, mengakibatkan kebingungan dari para atlet KBB, disatu sisi mereka dituntut untuk berprestasi namun disisi lain biaya latihan mereka disunat” ujar Dadang Kardus.
Lebih lanjut Dadang pun menjelaskan bahwa saat ini berdasarkan informasi dari bendahara umum KONI KBB, dan berdasarkan bukti laporan hasil pertemuan antara Bendahara Umum KONI dengan Cabor IPSI KBB, pada 25 Mei 2020 lalu, untuk insetif atlet baru dikeluarkan tahap 1, atau 50% dari anggaran yang seharusnya diterima para atlet. Namun saat ini Kas Koni KBB sudah kosong alias tidak mampu lagi untuk membayar para atlet dan cabor.
“Seharusnya dana sebesar Rp10 miliar tersebut bisa cukup untuk mebayar ke seluruh cabor dan atlet, karena hibah itu dikeluarkan berdasarkan rancangan anggaran pembiayaan yang dimintakan Koni KBB kepada dinas olahraga, namun setelah keluar dananya kenapa peruntukannya jadi lain? “ tanya Dadang.
Berdasarkan hasil dari laporan yang dikeluarkan Bendum (bendahara umum) KONI KBB, ada anggaran yang tidak jelas yang diambil ketua umum KONI yang besarannya mencapai Rp3,5 miliar, namun tidak dapat dirincikan peruntukannya.
Dan saat ditanyakan redaksi DIDADAMEDIA.COM kepada Ketua Cabor Gantole, apakah laporan tersebut benar adanya, Dadang Kardus pun mengatakan, berdasarkan hasil pertemuannya dengan pengurus IPSI KBB bahwa laporan tersebut benar adanya.
"Waktu itu sempat audiensi dengan DPRD KBB diikuti 6 cabor dan diikuti dari KONI. Ditanyaakan disitu sama dewan kenapa sampai belum dicairkan. Jawaban bendahara umum kepada dewan, ternyata tidak ada anggaran, dalam artian kas kosong,"
"Saya tidak tahu kenapa kas kosong, setelah itu dewan mengharapkan kepada pengurus KONI, bulan Agustus untuk segera dibayarkan untuk cabor, atlet dan lainnya. Tetapi sampai September sekarang yang realisasi pencairan ke cabor baru 6 cabor, terutama yang ikut audiensi. Sehingga hal itu menimbulkan kecemburuan cabor lain," katanya.
Menurutnya, jumlah cabor di KBB sebanyak 59 cabor, dan anggaran yang dicairkan baru untul 6 cabor.
"Akhirnya terjadi kekacauan seperti sekarang ini. Cabor menuntut untuk segera dicairkan haknya, tetapi belum tercairkan sampai saat ini. Tuntutan kami kepada pengurus KONI, aturannya bahwa apabila tidak ada penyelesaian berarti nanti di RAT akan kita pertanyakan. Kalau tidak ditanggapi kita akan mengajukan demo dan mosi tidak percaya," tuntasnya.
Surat laporan Bendahara Umum KONI KBB di hadapan pengurus IPSI KBB