DIDADAMEDIA, Bandung - Hingga Juli 2020, sebanyak 2.363 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Kota Bandung, dengan angka kematian seperti tercatat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencapai 12 orang.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Rosye Arosdiani di Balai Kota, kemarin. "Saat ini, tidak hanya kasus Covid-19 saja, tetapi kasus DBD juga masih tinggi," papar Rosye.
Dijelaskannya, kasus DBD di Kota Bandung mayoritas menyerang usia anak-anak dan usia produktif. Pola penyebaran penyakit virus yang dibawa nyamuk tersebut pun masih serupa dengan tahun sebelumnya.
Sementara yang menyebabkan DBD menyerang dua kelompok usia tersebut, tak lain lebih disebabkan karena aktivitas keseharian. Selain itu juga sifat alamiah nyamuk yang menggigit tanpa disadari oleh masyarakat pada umumnya.
"Kasus terbanyak ada di usia lima sampai 14 tahun. Lalu di usia 15 sampai 44 tahun, dan itu usia produktif. Tanpa kita sadari, saat beraktivitas, kita digigit nyamuk. Sifatnya memang mengigit pelan, tidak bikin bentol," ujarnya.
Untuk itu Rosye mengimbau masyarakat untuk melakukan gerakan 3M plus sebagai langkah pencegahan. Gerakan itu meliputi menguras penampungan air, menutup dan mendaur ulang limbah.
Sementara gerakan plus, disebutnya adalah mencegah gigitan nyamuk dengan cara menggunakan lotion dan obat anti nyamuk. Tak hanya itu, masyarakat juga diimbau menjadi juru pemantik jentik (jumantik). "Intinya harus sadar akan kebersihan, baik dilingkungan maupun untuk diri sendiri," tandasnya.
Sepanjang 2020, 12 Orang Warga Kota Bandung Meninggal Akibat DBD
