500 Kasus Perceraian Perbulan Terjadi di Kota Bandung

500-kasus-perceraian-perbulan-terjadi-di-kota-bandung . (Ilustrasi/net)

DIDADAMEDIA, Bandung - Sempat viral di media sosial terkait video antrian kasus perceraian yang mencapai angka 250 sidang perharinya di Kabupaten Bandung, namun kondisi tersebut berbeda dengan Kota Bandung, hanya 25 kasus perharinya.

Bisa dikatakan, angka perceraian di Kota Bandung lebih rendah yakni sepanjang 2020 yakni 3.678 sedangkan di Pengadilan Agama Soreang 5.262 perkara contentius dan 463 voluntair Jumlah mencapai 5.825 kasus.

Kasus cekcok dalam rumah tangga menjadi faktor utama terjadinya perceraian di Kota Bandung, dalam di tahun 2020 ini hingga Agustus Pengadilan Agama Bandung mencatat sebanyak 1.310 perceraian diakibatkan perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus.

Selain itu faktor ekonomi juga menjadi penyebab kedua angka perceraian yakni sebanyak 1.325 kasus. Sementara untuk usia dalam perceraian yaitu paling banyak terjadi pengajuan oleh rentan usia 31-40 tahun yakni sebanyak 1.600 kasus.

"Sedangkan untuk tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan SLTA," kata Subai selaku Panitra Muda Hukum Pengadilan Agama Bandung, Rabu (26/08/2020).

Lebih lanjut ia mengungkapkan, di Kota Bandung angka rata-rata perhari 500 kasus perceraian itu dinilai standar jika dibandingkan dengan Kabupaten Bandung. Pengadilan Agama Bandung mencatat pada Juni angka cerai talak dan cerai gugat lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lainnya di tahun 2020 ini.

Untuk cerai gugat mencapai 593 dan cerai talak 170, sedangkan di bulan sebelumnya angka cerai talak dan cerai gugat di bawah angka 500.

"Karena kita sempat tutup pada masa pandemi Covid-19 yakni bulan April dan Mei, sehingga bulan Juni cukup banyak. Meski demikian di Kota Bandung angka tersebut dikategorikan stabil dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya," papar Subai.

Perihal video viral kasus perceraian di Kabupaten Bandung, pihaknya menilai itu wajar. Pasalnya wilayahnya lebih luas, selain itu juga rata-rata perceraian terjadi di kalangan ekonomi menengah ke bawah.



Editor: redaktur

Komentar