Pertama di Indonesia, Bandung Luncurkan Platform Pintar Papatong

pertama-di-indonesia-bandung-luncurkan-platform-pintar-papatong Pemkot Bandung meluncurkan platform pintar Papatong guna meningkatkan kualitas pelayanan publik.. (Tri Widiyantie/PINDAINEWS)

DIDADAMEDIA, Bandung - Untuk pertama kalinya di Indonesia, Bandung menjadi kota pertama yang mengimplementasikan teknologi IOT (Internet of Things) berbasis hybrid (satelit & GSM) dengan meluncurkan platform pintar Papatong guna meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Uji coba platform IOT berbasis hybrid tersebut di lakukan di Bandung Command Center (BCC) di Balai Kota Bandung, kemarin. Salah satu fungsinya yakni agar seluruh kinerja layanan publik di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di kota bandung dapat diketahui secara realtime.

Maknismenya, arsitektur implementasi IOT berbasis hybrid melalui platform papatong dengan fungsi sebagai data viewer dan data capture serta analitik, sehingga Platform ini otomatis akan menterjemahkan laporan dari sensor-sensor yang ditempelkan pada benda-benda fisik yang ingin dikontrol dari jarak jauh, kemudian hasilnya di-analitik secara digital dan realtime .

Sedang konsep visual yang tampak pada layar monitor dari platform tersebut berbasis geospasial, yakni menampilkan gambar suatu ruang di atas permukaan bumi berasal dari citra satelit, secara realtime.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, seperti diketahui perkembangan teknologi komunikasi sangat cepat dan era Industri 4.0 yang implementasinya melalui IOT, tidak bisa dihindari lagi.

“Mau atau tidak, fase era Industri 4.0 ini harus kita masuki. Termasuk Kota Bandung yang dikenal sebagai kota pintar, kota jasa dan layanan. Hari ini, Kota Bandung coba melompat jauh, yakni dengan mengimplementasikan IOT untuk kebutuhan peningkatan kualitas layanan publik,” ujarnya.

Penerapan teknologi IOT berbasis hybrid ini kata dia, sekaligus menjadi yang pertama di Indonesia. Sehingga diharapkan, dapat bermanfaat bagi kebutuhan layanan publik atau warga Bandung.

“Karena dengan IOT ini, sudah semakin sedikit adanya campur tangan manusia. Semua digerakkan oleh mesin ke mesin. Sehingga semua layanan publik akan lebih transparan, cepat, efisien, hemat biaya, terukur dalam tata kelola pemerintahan,” ungkapnya.



Yang lebih menggembirakan lanjut Oded, ahli-ahli IOT dalam implementasi ini melibatkan sekolompok anak-anak Bandung yang tergabung dalam komunitas Bandung Economic Empowerment Center (BEEC).

“Mereka membuat usulan untuk ikut terlibat membangun kota tercinta mereka ini dengan menyumbangkan keahlian mereka di bidang teknologi IOT berbasis satelit,” ucap Oded lagi.

Sementara Ketua BEEC, Ujang Koswara menerangkan bahwa sesuai rencana, pihaknya akan melakukan implementasi IOT pada 17 pekerjaan di beberapa SKPD, namun dilakukan secara bertahap.

Antara lain,  Mini Command Center (MCC) di Pendopo,  tracking system truk sampah (PD Kebersihan), Bidang Aset, Wajib Pajak (BPPD), Automatic Meter Reading (AMR) di pelanggan PDAM, dan media monitoring.

“Sedang yang lain adalah Bandung Smart Box (BSB) yang ditempatkan di kelurahan, berguna sabagai perangkat komunikasi 2 arah (Video Call) antara wali kota dan warganya. Fungsi lainnya antara lain sebagai sebagai food bank automatic untuk penyaluran beras bantuan sosial warga pra sejahtera,” paparnya.

Ujang menjelaskan lebih jauh, dalam implementasi IOT di Kota Bandung, hal yang sulit adalah membangun platform dan perlu waktu. Termasuk platform papatong yang digunakan sudah dapat compatible dan bisa beroperasi dengan berbagai mode jaringan, seperti GSM, lora, satelit, serta sudah dirancang sejak awal support untuk mobile jaringan 5G.

“Jadi platform papatong itu kami sebut platfrom berbasis hybrid, karena bisa digunakan sesuai kebutuhan model jaringan lain dengan sistem kerja digital monitoring, analitik, treceability (pelacakan), dan dokumentasi,” tandas lelaki yang akrab disapa Uko ini.

BEEC sebagai komunitas independen dengan berbagai potensi keahlian anggotanya termasuk tim IOT ini, sambung Ujang, coba ikut ambil bagian membantu pengembangan kota ini menjadi kota pintar yang sesungguhnya.

“Sedang 17 program implementasi IOT ini, pendanaannya kami lakukan secara mandiri tanpa dana dari APBD. Ini masih berbentuk pilot project selama 1—6 bulan,” tandasnya.


Editor: redaktur

Komentar