DIDADAMEDIA, Bandung - Setelah menyelesaikan semua urusan di rumah, Sri Astati Nursani bergegas menuju Masjid Istiqamah di kawasan Jalan Citarum.
Masjid yang terletak berada di belakang Gedung Sate, tepatnya di lingkar Jalan Citarum, Ciliwung dan Cisanggarung itu, tiap hari memang nampak selalu ramai dikunjungi warga untuk beribadah.
Bagi Sri, Masjid Istiqamah adalah segalanya, tempat bersimpuh penuh harapan. Setelah memastikan semua pekerjaan rumah selesai, Sri biasanya langsung bergegas dari kediamanannya di Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru menuju Masjid Istiqamah.
Di Masjid Istiqmah, Sri menjajakan ragam barang, mulai dari makanan ringan, tisu, kalender dan lainnya. Rutinitas itu hampir tiap hari dijalani dan dari hasil berjualan, Sri biasanya bisa mengumpulkan sekitar Rp200.000, terkadang kurang dari itu.
Hari Jumat biasanya menjadi saat yang mungkin melelahkan tapi membahagiakan. 'Hanya orang berpikiran pendek yang percaya Jumat sebagai hari pendek' mungkin begitu gumam Sri. Sebab di hari mulia itu, Sri biasanya memperoleh 'bonus' rezeki. Di hari Jumat, Masjid Istiqamah disesaki jamaah untuk menjalankan ibadah salat Jumat.
Sri melakukan semua itu sebagai bentuk tanggung jawab orangtua dan kasih sayang tak berujung untuk putranya, Fahri (13) yang didiagnosa mengidap penyakit osteogenesis imperfecta atau kelainan genetik pada tulang yang sempat mendapat perhatian luas masyarakat, termasuk para pemangku jabatan.
Akibat penyakit yang dideritanya, tulang Fahri rentan mengalami fraktur atau patah. Untuk biaya pengobatan Fahri, setidaknya Sri harus bisa mengumpulkan Rp4,5 juta per bulan.
"Ngumpulin uang buat Fahri dari donasi jualan, biasanya suka ada yang beli terus kembaliannya mereka minta buat saya aja. Jadi minimal nyimpen Rp100.000 per hari buat Fahri," kata Sri saat ditemui PindaiNews, Sabtu (22/12/2018).
"Fahri per tiga minggu sekali harus disuntik agar bisa mengurangi kerapuhan tulangnya itu sekitar Rp4 juta, belum termasuk obat minum Rp500.000," ungkapnya menambahkan.
Jika dihitung, Sri memperkirakan sudah ratusan juta rupiah digunakan untuk pengobatan Fahri yang mengidap osteogenesis imperfecta sejak usia 4 tahun. Fahri saat ini sudah menginjak 13 tahun, di usia tersebut pertumbuhan tulang normalnya sedang tinggi-tingginya, tapi itu berdampak kurang baik bagi Fahri.
"Sekarang per tiga minggu sekali dikasih obatnya yang disuntik, alasannya usia Fahri sudah 13 tahun, dan perkembangan anaknya pesat, tingginya jadi ngga terkontrol. Kemarin aja tulangnya patah lagi kalau lagi nguliat (menguap sambil meregangkan badan)," jelas Sri lirih.
Selain berjualan, Sri pun mengaku masih mendapat bantuan dari dari sejumlah pihak, termasuk lembaga. Salah satunya Baznas Jabar yang belum lama ini menyerahkan bantuan biaya satu bulan pengobatan Fahri.
Meski demikian, Sri tidak ingin terlalu menggantungkan dirinya kepada orang lain. Dia ingin mandiri dengan berwirausaha untuk mencari uang. "Karena ada rasa lebih puas kalau saya dapet uang dari jualan," katanya.
Sri tetap tegar menghadapi nasibnya saat ini, karena baginya yang terpenting adalah melihat Fahri meraih cita-cita menjadi tahfiz atau penghafal Alquran. Fahri juga sekarang sekolah di Tahfidz Al-Quran Generasi Cemerlang di kawasan Cijambe, Bandung.
"Harapannya anak saya bisa sembuh, walau Allah ngasih kekurangan, tapi Fahri sudah terlihat punya kelebihan. Sekarang aja dia pentas di sekolahnya, tapi saya ngga bisa lihat karena jualan," ungkap Sri sedikit terbata-bata sambil mencoba menahan air mata.
Fahri juga berkeinginan bertemu dengan Ustadz Aa Gym, pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid. "Pengen ketemu Aa tapi belum sempet," imbuhnya.
Dia tak akan mengenal putus asa untuk terus memperjuangkan anaknya agar bisa seperti anak-anak normal lainnya. Keinginan terbesarnya sekarang adalah punya wirausaha agar keuntungannya cukup membiaya pengobatan Fahri.
"Saya mah inginnya bayar pengobatan lewat jalur umum saja, karena paham kalau lewat bantuan atau seperti BPJS itu tidak bisa penuh seluruhnya, ada batasannya. Jadi saya ingin punya usaha aja," pungkas perempuan berusia 33 tahun itu.
Kisah dan kasih sayang tak berujung Sri adalah wujud bagaimana seharusnya seorang ibu dengan kekuatan kasih sayang melakukan apapun demi putra ataupun putrinya. Perjuangan, cinta dan kasih sayang Sri adalah alasan mengapa setiap anak wajib menghormati ibunya.
"Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? ‘Ibumu!.... Ibumu!.... Ibumu..... Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548)